Liputan6.com, Jakarta - Seringkali, ketika kita mengunggah foto atau gambar di internet, proses upload gagal karena terhalang ukuran gambar yang terlalu besar atau tidak sesuai dengan persyaratan di sebuah situs.
Jika terjadi masalah seperti itu, tentu saja yang bisa dilakukan adalah dengan memperkecil ukuran gambar atau melakukan kompres foto.
Baca Juga
Saat ini sudah banyak situs yang menawarkan kompres foto secara gratis, tanpa pengguna internet mengunduh aplikasi atau melakukan login ke situs tersebut.
Advertisement
Setidaknya, ada dua situs yang Tekno Liputan6.com rekomendasikan dan banyak dipakai untuk melakukan memperkecil ukuran foto yaitu iloveimg.com dan compressjpeg.com.
Berikut ini langkah-langkah untuk melakukan kompres foto secara online tanpa instal aplikasi secara gratis.
Cara kompres foto di situs iloveimg.com
- Buka https://www.iloveimg.com/id/kompres-gambar
- Klik "Pilih Gambar" atau drop foto dari file secara langsung
- Kemudian pilih "Kompres Gambar" dan tunggu proses berlangsung
- Gambar akan langsung terunduh ke perangkat atau klik "Unduh GAMBAR yang dikompres"
Cara kompres foto di situs compressjpeg.com
- Buka https://compressjpeg.com/id/
- Kamu bisa memilih format gambar yang diinginkan seperti JPEG, PNG, GIF, atau PDF
- Klik "Unggah File" atau drop gambar dari file perangkat ke kolom "Letakkan File Anda Disini"
- Setelah itu klik Unduh untuk menyimpannya ke perangkat
Demikianlah cara mudah untuk memperkecil ukuran foto secara gratis tanpa memasang aplikasi atau login.
Tentunya, masih ada situs atau platform lain yang dapat digunakan dalam cara kompres foto gratis tanpa harus memasang aplikasi. Pastikan juga kamu memilih situs yang aman dan tidak membagikan data pribadi.
Instagram Akui Terlalu Fokus ke Video
Beberapa waktu lalu, Bos Instagram Adam Mosseri, mengakui bahwa tahun lalu, mereka terlalu fokus terhadap video dan Reels di platform tersebut, membuat unggahan foto jadi terasa dikesampingkan.
Hal itu diakui oleh Mosseri dalam sebuah sesi tanya jawab mingguan dengan pengguna melalui Instagram Story-nya beberapa waktu lalu.
Dalam sesi tersebut, Mosseri juga mengatakan keputusan Instagram untuk mendorong lebih banyak konten video jelas membuat beberapa fotografer merasa kesal. Namun Mosseri mengklaim, meski Instagram banyak mendorong video, mereka akan tetap menghargai foto.
"Foto akan selalu menjadi bagian dari Instagram," kata Mosseri, seperti dilansir The Verge, dikutip Selasa (24/1/2023).
"Saya pikir kami terlalu fokus pada video pada tahun 2022 dan mendorong peringkat terlalu jauh dan pada dasarnya menampilkan terlalu banyak video dan tidak cukup foto," kata Mosseri.
Ia menambahkan, platform sudah mencoba untuk menyeimbangkan keduanya, baik foto maupun video. Menurutnya, metrik internal menunjukkan bahwa itu berhasil.
"Hal-hal seperti seberapa sering seseorang menyukai foto versus video dan seberapa sering seseorang mengomentari foto versus video kira-kira sama, yang merupakan pertanda baik bahwa semuanya seimbang," katanya.
Advertisement
Foto Jadi Bagian Penting di Instagram
Mosseri menyebut, ada lebih banyak video di Instagram dari waktu ke waktu, karena inilah yang mendorong lebih banyak keterlibatan secara keseluruhan.
"Namun foto akan selalu menjadi bagian penting dari apa yang kami lakukan. Dan akan selalu ada orang yang suka dan tertarik untuk mencari foto di Instagram dan di tempat lain," pungkasnya.
Instagram memang beberapa waktu lalu sempat diprotes karena dinilai semakin mirip dengan pesaingnya TikTok. Mereka juga sempat menguji desain ulang aplikasi ala aplikasi buatan Tiongkok itu, dengan video layar penuh.
Eksperimen tersebut tidak berjalan dengan baik namun, dorongan untuk konten-konten video terus berlanjut. Juli 2022, mereka membuat semua video di dalam platform menjadi satu jenis konten yaitu Reels.
Bot dan Spam di Instagram
Di sesi yang sama, Mosseri juga mendapatkan pertanyaan mengenai banyaknya bot dan spam di Instagram, di mana ia juga tidak menampiknya. "Kami bekerja sebaik mungkin untuk mengurangi itu," katanya.
"Saya sangat khawatir tentang komentar sekarang; itu adalah sesuatu yang sebenarnya kami perhatikan secara aktif dan berharap untuk meningkat sepanjang tahun ini," kata Mosseri.
Dia menambahkan, dirinya melihat peningkatan akun spam dan bot yang menyukai Stories-nya, yang menurutnya, lebih menyebalkan ketimbang komentar palsu.
(Dio/Isk)
Advertisement