4 Fase Membangun Technopreneur Team yang Kuat di Era Digitalisasi

Technopreneur Team adalah tim terdiri dari orang-orang berkemampuan teknis, kreatif, dan bisnis tinggi di mana mereka mampu menciptakan produk atau layanan inovatif dan memenuhi kebutuhan pasar.

oleh Yuslianson diperbarui 21 Mei 2023, 16:07 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2023, 16:05 WIB
Vice President Group HR EMTEK dan dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI), Pieter Andrian, MM., MBA
Vice President Group HR EMTEK yang juga dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI), Pieter Andrian, MM., MBA ketika memberikan kuliah umum bertema “Building Technopreneur Team” di Kampus School of Technopreneur Nusantara (SOTN) di Jakarta, Sabtu (20/2023).

Liputan6.com, Jakarta - Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah "Technopreneur Team", tetapi apakah Anda tahu apa itu dan bagaimana cara membentuknya?.

Technopreneur Team adalah tim terdiri dari orang-orang berkemampuan teknis, kreatif, dan bisnis tinggi di mana mereka mampu menciptakan produk atau layanan inovatif dan memenuhi kebutuhan pasar.

Mereka juga dapat beradaptasi dengan cepat dan fleksibel dengan perubahan lingkungan bisnis. Disebutkan, ada empat fase dalam membangun Technopreneur Team yang kuat di era digitalisasi.

Hal ini dibeberkan oleh Vice President Group HR EMTEK yang juga dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI), Pieter Andrian, MM., MBA ketika memberikan kuliah umum bertema “Building Technopreneur Team” di Kampus School of Technopreneur Nusantara (SOTN) di Jakarta, Sabtu (20/2023).

Pieter menjelaskan, empat fase dalam membangun Technopreneur Team yaitu fase Forming, fase Storming, fase Norming dan fase Performing.

“Mengapa Technopreneur dibutuhkan? Karena kita hidup di era revolusi industri 4.0, dinamika dalam dunia ketenagakerjaan begitu tinggi, menjadi entrepreneur dapat menciptakan lapangan kerja, dan teknologi adalah solusi untuk menciptakan Technopreneur,” ujar Pieter.

Dalam paparan materi berjudul ”Building Technopreneur Team”, Pieter menguraikan tentang cara membangun team technopreneur yang baik, antara lain perlu memiliki paradigma sebagai pemimpin.

"Pelaku bisnis juga perlu mengenal dulu diri sendiri, seperti pengalaman dan kemampuan yang dimiliki. Prinsip-prinsip suksesnya menjalankan bisnis, seperti faktor People, Capital, Trusted Products, Market dan Management system,” katanya.

Tim Technopreneur diawali suatu proses berupa langkah dan tindakan dan alat membantu tim menyelesaikan pekerjaannya.

 

Pieter Andrian Berikan Kuliah Umum di Kampus School of Technopreneur Nusantara (SOTN) di Jakarta

<p>Vice President Group HR EMTEK dan dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI), Pieter Andrian, MM., MBA ketika memberikan kuliah umum bertema “Building Technopreneur Team” di Kampus School of Technopreneur Nusantara (SOTN) di Jakarta, Sabtu (20/2023).</p>

"Pertama tentunya Task atau target pekerjaan yang akan diselesaikan oleh tim. Lalu Self, yakni pribadi kita sebagai instrument, dan terakhir Team yang dapat diterjemahkan sebagai memahami tim yang dibentuk," ucap Pieter.

Penjabaran dari semua itu dijelaskan oleh Pieter yakni Task, mengklarifikasi tugas, menetapkan persetujuan (kontrak kerja) antara leader dan team member, merencanakan, mengerjakan, dan tanya-jawab : proses memfasilitasi fokus pada tugas.

"Self dalam arti mengenali diri sendiri maksudnya adalah tahu nilai-nilai (values), keyakinan (beliefs), kebutuhan (needs), pengalaman (experiences), dan kemampuan (capabilities) serta memahami bagaimana hal-hal tersebut akan mempengaruhi aktivitas memfasilitasi," kata Pieter.

Dia menambahkan, masing-masing hal tersebut akan berdampak terhadap perilaku Leader, dan Leader yang efektif akan belajar mengenal diri lebih baik.

Sedang Self dalam arti paradigma leader, yaitu konsep paradigma dapat membantu Leader memahami lebih baik akan perannya dalam memfasilitasi Team (Team Member).

"Perbedaan paradigma akan mempengaruhi cara memfasilitasi. Paradigma masing-masing individu adalah unik. Paradigma Leader akan mendukung atau menghambat kemampuannya untuk melakukan tugas sebagai Leader."

Sementara itu, Self dalam arti saling mempengaruhi diartikan sebagai Leader harus mengetahui dasar-dasar perilaku manusia. Salah satunya adalah bagaimana manusia saling mempengaruhi.

 

Masing-Masing Orang Punya Style Berbeda

Ilustrasi pengguna internet. (Doc: Digital Briefcase)

"Ada 4 cara mempengaruhi perilaku manusia : positive reinforcement, punishment, negative reinforcement, extinction," ucap Pieter.

Sedangkan Self dalam arti mengambil manfaat dari perbedaan yang ada kata Pieter yaitu setiap orang lebih menyukai satu atau lebih ‘style’.

"Setiap orang mempunyai kemampuan untuk memeragakan bermacam-macam ‘style’. Orang melihat dunia luar sesuai dengan apa yang menjadi kecenderungannya. Tidak ada yang benar atau pun salah tentang ‘style’ yang dipilihnya," papar Pieter.

Setiap ‘style’ mempunyai kelemahan dan kelebihan. ”Team memerlukan perilaku ‘style’ yang berbeda-beda dalam rangka mencapai kinerja terbaiknya,” katanya.

Selain diikuti Pimpinan dan mahasiswa SOTN, kuliah umum ini juga dihadiri oleh Pimpinan ATVI yakni Direktur ATVI Dr. Melitina Tecoalu, S.E., M.M; Direktur SOTN, Yoas Arnest S, S.Si.; M.M, Wadir Ciptono Setyobudi; Kepala Unit Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja sama, Handy Utama; Kaprodi D-3 Komunikasi Massa, Erwin Mulyadi, S.Si.M.Ikom; dan Kaprodi S1 Terapan Produksi Media, Teguh Setiawan, SPd.MIkom.

Sesi kuliah umum ini diakhir dengan penandatanganan kerja sama antara SOTN dan ATVI.

 

Pengembangan ATVI

Jelas, bidang penyiaran, digital media, dan beragam profesi kekinian yang menuntut dasar-dasar keilmuan sesuai perkembangan teknologi komunikasi dan internet masa kini, maka ATVI tempat yang paling pas. Apalagi ATVI yang tengah berporses menjadi D-4 (sarjana terapan), juga kurikulumnya menyesuaikan

Dalam acara ini, Direktur ATVI Dr. Melitina Tecoalu, S.E., M.M menjelaskan institusi ATVI dengan berbagai kelebihan sebagai bagian dari ekosistem holding Group EMTEK atau Elang Mahkota Teknologi.

Melitina juga menjelaskan progres pengembangan ATVI berupa pembangunan gedung baru menunjukkan keseriusan manajemen dalam improvement ATVI ke depannya, yaitu dengan terus melakukan pengembangan akademiknya, yaitu meningkatkan status Akademi menjadi Institut EMTEK.

“Kolaborasi dengan SOTN juga menunjukkan bahwa dengan bertumbuh bersama (nurturing together) dan sharing resources merupakan wujud implementasi Blue Ocean Strategy yang dapat menghasilkan lulusan yang unggul yang mampu bersaing, tidak hanya di level nasional tetapi juga internasional.

 

Prodi Produksi Media

Usai kuliah umum dan sambutan Direktur ATVI dan juga Direktur SOTN, dilakukankan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Akademi Televisi Indonesia (ATVI) dan School of Technopreneur Nusantara (SOTN) dan juga penandatanganan MoU perjanjian kerja sama antarprogram studi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memperluas peluang kolaborasi di bidang akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Acara penandatanganan MoU dan perjanjian kerja sama ini dihadiri oleh Direktur ATVI Dr. Melitina Tecoalu, S.E., M.M, Direktur SOTN Yoas Arnest S, S.Si., M.M, Wadir Ciptono Setyobudi, dan Kepala Unit Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja sama, Handy Utama .

Sedangkan penandatanganan Perjanjian Kerja sama antar Program studi Produksi Media diwakili oleh Teguh Setiawan, S.Pd., M.I.Kom dan Alfredo Pasaribu M.Kom, keduanya selalu Kaprodi. Penandatanganan ini menandai awal dari kerja sama yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kedua pihak.

(Ysl/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya