Cara Drone Emprit Deteksi Aktivitas Buzzer di Media Sosial

Yen Kurniawan, analis senior Drone Emprit ungkap cara kerja media monitoring berbasis kecerdasan buatan tersebut dalam menangkap percakapan dan pemberitaan, serta aktivitas buzzer Pemilu 2024.

oleh Mustika Rani Hendriyanti diperbarui 20 Des 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 20 Des 2023, 20:00 WIB
Drone Emprit
Analis senior Drone Emprit Yen Kurniawan berbincang dalam acara Catatan Wens. (Liputan6.com/Yuslianson).

Liputan6.com, Jakarta - Drone Emprit merupakan media monitoring berbasis kecerdasan buatan yang memiliki mesin serta kemampuan untuk menangkap percakapan maupun pemberitaan berdasarkan kata kunci. Ini juga berlaku untuk memantau percakapan oleh buzzer

Dalam Catatan Wens yang digelar secara live streaming pada hari Selasa (19/12/2023), Yen Kurniawan sebagai analis senior Drone Emprit menuturkan, “Dalam mengolah data tidak hanya memonitor, tetapi juga ada beberapa fitur yang langsung menunjukkan naik turunnya tren di perbincangan atau pemberitaan.”

Dari situ, mereka akan bisa mendapatkan volume antara satu tokoh dengan tokoh yang lain untuk dibandingkan popularitasnya.

Setelah itu baru dianalisis sentimen, yang tidak selalu bisa dibaca oleh mesin monitoring. Untuk dapat membedakan volume positif dan negatif, mesin perlu dilatih terlebih dahulu.

Hal ini disebabkan ada banyak percakapan di media sosial yang mengandung diksi bermakna negatif apabila dibaca oleh mesin. Sementara dalam suatu konteks, diksi tersebut memiliki makna positif.

Yen mengatakan, “Untuk mendapat sentimen dibutuhkan adanya bantuan manusia dengan keahlian minimal baca basis komunikasi. Karena kita tidak hanya membicarakan wilayah positif dan negatif, melainkan ketika kita menjelaskan sentimen tersebut kepada klien, kita harus punya pertanggungjawaban.”

Setelah melalui proses perhitungan volume dan analisis sentimen, Drone Emprit akan mengumumkan hasil akhir berupa deskripsi jumlah positif dan negatif dari percakapan tersebut.

Adapun sebelum merilisnya hasil akhirnya, Drone emprit akan bertanya kepada dua atau tiga peneliti untuk triangulasi. Media monitoring ini juga menghindari publikasi hasil yang bersifat subjektif.

Cara Kerja Drone Emprit dalam Memantau Buzzer di Masa Pemilu 2024

Sudah Tahukan Kamu Netiquette Medsos?
Ilustrasi sosial media. (via: qureta.com)

Drone Emprit juga mengungakapkan mekanisme yang mereka gunakan. Peta ini disebut sebagai Peta Social Network Analysis.

“Di media sosial ada banyak orang-orang berpengaruh. Dengan begitu, ketika ada suatu isu maka akan terlihat pada peta tersebut,” kata Yen.

Melalui peta ini, Drone Emprit bisa melihat, siapa di kelompok mana dan dari mana suatu postingan berasal, baik media sosial maupun media online.

Bahkan, media monitoring ini juga bisa menghimpun siapa yang mendistribusikan sebuah postingan dalam isu dan melacak siapa yang pertama kali mempostingnya.

Drone Emprit juga memiliki fitur yang mengindikasi sebuah akun adalah buzzer atau bukan. Namun, bersamaan dengan semakin pintarnya media monitoring ini memantau, semakin pintar pula para buzzer melakukan strateginya.

Drone Emprit Gunakan Konsep Analisis Wacana dalam Memantau Buzzer

Mengenal Istilah Buzzer
Ilustrasi Aktivitas Buzzer di Media Sosial Credit: pexels.com/pixabay

Drone Emprit menggunakan konsep analisis wacana dengan pendekatan analisa teks, analisa produksi konsumsi dan distribusi teks, serta analisa sosiokultural.

Yen menjelaskan, “Analisa teks digunakan untuk menganalisis cuitan di aplikasi X atau Twitter atau konten gambar dan sebagainya.”

Sementara itu, dengan analisa produksi konsumsi dan distribusi teks, Drone Emprit bisa memantau siapa yang memproduksi, grup mana, aliran politik mana, siapa yang mengkonsumsi serta terkena pesan tersebut, dan bagaimana dia mendistribusikannya.

Analisis Drone Emprit Debat Capres 2023: Sentimen Positif Anies dan Ganjar 64 Persen, Prabowo Banyak Dibicarakan Warganet

Ketiga Capres Saling Adu Argumen pada Debat Perdana Pilpres 2024
Prabowo Subianto (kiri) dan Anies Baswedan saat debat perdana Pilpres 2024 di halaman Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (12/12/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar debat calon presiden (capres) pertama pada Selasa (12/12/2023) malam.

Keramaian debat capres pertama ini pun tidak juga terjadi di media sosial X alias Twitter, di mana banyak warganet yang berkomentar soal penampilan ketiga calon presiden.

Analisa cepat di media sosial X juga dilakukan oleh Drone Emprit, salah satunya mengenai analisis sentimen warganet di platform milik Elon Musk tersebut.

Dalam pemaparan mengenai analisis sentimen yang didapatkan Tekno Liputan6.com, Rabu (13/12/2023), terlihat capres nomor satu, Anies Baswedan, mendapatkan 27 persen sentimen negatif, 9 persen netral, dengan 64 persen positif.

Porsi sentimen positif yang sama dengan Anies (64 persen) juga didapatkan oleh capres nomor tiga Ganjar Pranowo, dengan 13 persen sentimen netral dan 23 persen negatif.

Untuk capres nomor dua, Prabowo Subianto, mendapatkan sentimen dari pengguna Twitter yang lebih tipis antara positif (48 persen) dan negatif (41 persen), dengan 11 persen netral.

Lebih lanjut, melalui akun X-nya, pendiri Drone Emprit @ismailfahmi, juga menjelaskan mengenai Peta Social Network Analysis (SNA). Fahmi menyebutkan, terlihat ada empat klaster besar yang ia temukan yaitu Pro Anies, Pro Prabowo, Pro Ganjar, dan Netral.

Fahmi menjelaskan, klaster netral jadi yang paling besar, di mana mereka selama ini tidak fokus memposisikan diri mendukung salah satu paslon.

Infografis Jadwal, Tema, Format Debat Capres-Cawapres 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Jadwal, Tema, Format Debat Capres-Cawapres 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya