Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi Twitter resmi raib dari toko aplikasi atau App Store untuk Mac. Baik mencari menggunakan keyword "Twitter" atau "X", tim Tekno Liputan6.com tidak menemukan aplikasi tersebut.
Tak hanya itu, pengguna baru yang ingin mengunduh aplikasi X/Twitter dengan cara googling pun akan disajikan tampilan ikon App Store dengan tulisan "Connecting".
Baca Juga
Ini menandakan aplikasi tersebut memang sudah dihapus dari toko aplikasi milik Apple tersebut, setidaknya bagi pengguna baru yang ingin download X di perangkat Mac.
Advertisement
Sementara bagi pengguna iPhone dan iPad, mereka masih dapat menemukan aplikasi X di App Store mereka masing-masing.
Kabar ini mencuat setelah pengguna X dengan akun @vedantapps menulis, "akhir sebuah era - aplikasi Twitter Mac kii sudah tidak tersedia di App Store."
Hingga berita ini ramai beredar di internet, Elon Musk atau pihak X belum buka bicara tentang hilangnya aplikasi media sosial tersebut di platform Mac.
Namun banyak pihak mengatakan, Twitter versi Mac ini memang tidak pernah diurus dan sama sekali tidak memiliki fitur modern semenjak Elon Musk mengambil alih medsos tersebut.
Beberapa orang mengatakan, mereka berhasil menggunakan Twitter versi iPad di laptop bertenaga chipset silikon milik Apple tersebut.
Akan tetapi, TechCrunch mengatakan penggunaan aplikasi X versi iPad ke perangkat Mac ini memiliki kendala tersendiri dan berpotensi membuat akun pengguna diblokir.
Lalu bagaimana bila pengguna Mac ingin mengakses X atau Twitter? Satu-satunya cara adalah via browser Safari, Google, atau semacamnya.
Apakah hal ini menandai tahap "evolusi" yang akan Elon Musk lakukan terhadap medsos yang dulu identik dengan logo burung berwarna biru tersebut?
Elon Musk Unggah Video Deepfake Kamala Harris, Padahal Langgar Kebijakan X
Di sisi lain, Elon Musk berbagi video palsu Kamala Harris hasil besutan AIÂ deepfake, di platform X alias Twitter. Meski merupakan pemilik X, unggahan Elon Musk itu melanggar kebijakan platform dalam hal media sitesis dan manipulasi.
Mengutip The Verge, Selasa (30/7/2024), video yang dibagikan oleh Elon Musk pada Jumat lalu mengubah video kampanye yang dirilis oleh Kamala Harris sehingga membuat sang wakil presiden terdengar seperti kandidat presiden.
Dalam video deepfake itu, Kamala Harris mengatakan hal-hal yang sebenarnya tak pernah ia ucapkan. Klip yang dimanipulasi itu membuat Harris mengatakan hal-hal seperti dirinya adalah "orang yang begitu menghargai keberagaman" dan bahwa dia telah "empat tahun berada di bawah bimbingan boneka negara dalam, mentor yang luar biasa, Joe Biden."
Advertisement
Contoh AI Bisa Ubah Konteks Video
Adapun akun yang pertama mengunggah video deepfake tersebut memiliki label "Kampanye parodi Kamala Harris." Sanggahan alias disclaimer itu bertujuan untuk mencegah video tersebut melanggar kebijakan X.
Namun, konteks tersebut tak muncul dalam video yang di-repost oleh Elon Musk. Alih-alih begitu, Elon Musk justru hanya memperlihatkan video dengan komentarnya sendiri, "Ini sangat menakjubkan", lengkap dengan emoji tertawa.
Ini merupakan salah satu contoh bagaimana AI dapat mengubah sebuah konteks video dan penggunaannya untuk menyesatkan dalam pemilihan. Parahnya, belum ada kebijakan atau undang-undang yang bisa mengatasi penggunaan AI untuk manipulasi video.
Ketika AI Dimanfaatkan untuk Ganggu Pemilihan
Awal tahun ini misalnya, sebuah panggilan bot yang menggunakan AI dipakai untuk meniru suara presiden Joe Biden, mendesak pemilih di New Hampshire untuk tinggal di rumah selama pemilihan pendahuluan.
Kini, pejabat pemilihan sedang melatih bagaimana AI dapat menghalangi pada Hari Pemilihan atau menjelang itu. Aturan pengungkapan AI dalam iklan pun masih dalam pengembangan.
Kehadiran video deepfake di platform Twitter ini dapat mengganggu kebijakan Twitter mengenai misinformasi.
Pasalnya di bawah kebijakan X, "sintetis, menipulasi, atau konteks media mungkin menipu dan membingungkan orang lain serta mengarah pada bahaya dilarang di platform X."
Advertisement
X Evaluasi Konten
X menyebut, pihaknya akan mengevaluasi konten yang dianggap menipu, hasil manipulasi, atau dipalsukan. Termasuk di dalamnya audio yang telah di-dubbing atau diubah.
Lalu, X mempertimbangkan untuk konteksnya, apakah konten tersebut disajikan sebagai kenyataan. Selanjutnya, X akan menentukan apakah konten tersebut bisa menyebabkan kebingungan yang meluas pada masalah publik, berdampak pada kesalamatan publik, atau menyebabkan kerusakan serius.
X menyebut, sindiran tidak melanggar kebijakan, selama itu tak meyebabkan kebingungan yang signifikan tentang keaslian media. Merujuk pada kebijakan X, unggahan Elon Musk itu melanggar aturan tersebut.