Ups, Donald Trump Unggah Dukungan Taylor Swift Palsu Buatan AI

Donald Trump kedapatan mengunggah dukungan palsu Taylor Swift buatan AI, atas pencalonan dirinya sebagai calon presiden AS.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 21 Agu 2024, 07:30 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2024, 07:30 WIB
FOTO: Donald Trump dan Deretan Presiden AS yang Hanya Menjabat Satu Periode
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat tiba dalam acara National Prayer Breakfast di Washington, 7 Februari 2019. Presiden AS ke-45 yang kontroversial ini menjabat pada 2017 hingga 2020, sebelum akhirnya kini digantikan oleh Joe Biden. (Photo by Brendan Smialowski/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengunggah dukungan dari Taylor Swift terhadapnya. Parahnya, penggalangan dukungan agar Trump menjadi calon presiden tersebut merupakan serangkaian gambar hasil rekayasa AI.

Mengutip The Verge, Rabu (21/8/2024), unggahan tersebut memperlihatkan bagaimana Trump menggunakan AI generatif dengan cara yang membingungkan upaya untuk mengawasi penyebaran disinformasi pemilu yang diciptakan AI.

Apalagi, sebagian besar preseden hukum lama AS memperbolehkan kandidat untuk berbohong dalam iklan politik. Unggahan tersebut muncul setelah Trump menuding lawannya, Wakil Presiden Kamala Harris menggunakan AI untuk mengumpulkan massa.

Gambar yang diunggah Trump termasuk satu gambar yang terlihat menyerupai Kamala Harris dari belakang, ketika ia berbicara kepada khalayak di Chicago. Ini adalah tempat diselenggarakannya Konvensi Nasional Demokrat minggu ini, dengan ilustrasi palu arit mendominasi latar belakangnya.

Adapun unggahan lainnya berisi screenshot dari unggahan pengguna lain yanng memperlihatkan gambar Swifties for Trump dengan Taylor Swift yang dibuat oleh AI, menggunakan pakai mirip Uncle Sam dengan kata-kata "Taylor ingin Anda memilih Donald Trump."

Selain itu, ada pula kompilasi screenshot Trump menuliskan, "Saya terima!"

Wakil Presiden Public Citizen Robert Weissman, menyebutkan, unggahan Donald Trump ini kemungkinan tak akan dimasukkan ke daftar undang-undang negara bagian yang melarang deepfake pemilu.

Aturan Penggunaan Deepfake dan AI di Pemilu AS

Biden dan Harris
Presiden AS Joe Biden menyaksikan Wakil Presiden dan calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris berbicara di Prince George's Community College di Largo, Maryland, Kamis (15/8/2024). (Drew ANGERER / AFP)

Meski sekitar 20 negara bagian telah memberlakukan peraturan seputar penggunaan gambar palsu yang dihasilkan AI dalam pemilu. Negara bagian ini biasanya melarang penggambaran seseorang yang melakukan atau mengatakan sesuatu dengan cara yang meyakinkan.

"Jadi bukan hanya deepfake yang dibuat dengan baik atau aplikasi AI generatif yang dibuat dengan baik, tetapi juga harus masuk akal," kata Weisman.

Ia menambahkan, tidak ada pembatasan federal terhadap penggunaan deepfake. Adapun larangan yang ada adalah Komisi Komunikasi Federal terhadap panggilan robocall (panggilan otomatis) yang dihasilkan AI.

Kelompok advokasi konsumen nirlaba tersebut berupaya agar Komisi Pemilihan Federal membatasi kemampuan kandidat untuk menggambarkan lawan mereka dengan AI.

Taylor Swift Disarankan Lakukan Ini

Taylor Swift Menggebrak Lewat Tur Eras. (AP Photo/Ashley Landis)
Taylor Swift Menggebrak Lewat Tur Eras. (AP Photo/Ashley Landis)

Weissman pun menyarankan Swift untuk menolak penggunaan kemiripannya guna memberi dukungan palsu. Universal Music Group yang mewakili Swift tak segera menanggapi permintaan komentar tentang penggunaan kemiripannya dalam unggahan Trump. Tim kampanye Trump pun tak segera menanggapi masalah ini.

Jika Kongres mengeluarkan peraturan seputar deepfake AI, hal itu tak menghentikan banyak penggunaan deepfake. Weissman menyebut, lawan yang dirugikan perlu menunjukkan kebohongan apa yang menyebabkan kerugian atau cedera pada pemilih.

"Saya tidak berpikir bahwa solusi legislatif kita akan sempurna, bahkan jika kita mendapatkan apa yang kita inginkan," katanya.

Kebijakan Platform Medsos Soal Unggahan Deepfake dan Menyesatkan

Ilustrasi: Aplikasi X alias Twitter
Ilustrasi: Aplikasi X alias Twitter (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani)

Sementara, platform swasta masih bisa mengambil tindakan terhadap konten AI generatif yang menyesatkan tanpa campur tangan pemerintah. Misalnya, kebijakan X terkait konten sintesis dan manipulasi melarang unggahan semacam itu "yang bisa menipu atau membingungan orang dan menyebabkan kerugian."

Namun, platform itu tampaknya "pilih kasih" menegakkan aturan tersebut. Bahkan, pemilik X alias Twitter Elon Musk tampaknya melanggarnya dengan mengunggah deepfake Harris yang tak diberi label parodi.

Platform Trump, Truth Social memiliki aturan minimal dalam pedoman komunitasnya.

 

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya