Komdigi Mau Lelang Frekuensi 1,4GHz, ATSI Sebut Ekosistem Belum Matang

Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) memberikan catatan soal rencana pemerintah untuk lelang frekuensi 1,4GHz guna hadirkan internet murah. Menurut ATSI, saat ini ekosistem untuk frekuensi tersebut belum matang.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 10 Feb 2025, 20:00 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2025, 20:00 WIB
Chairman of Working Group Spectrum ATSI Rudi Purwanto
Chairman of Working Group Spectrum ATSI Rudi Purwanto (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komdigi (Komunikasi dan Digital) berencana untuk melelang frekuensi 1,4GHz. Rencananya, lelang ini akan dilakukan dalam waktu dekat.

Saat ini, Komdigi pun sudah melakukan konsultasi publik atas RPM (Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital) tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada Pita Frekuensi Radio 1,4GHz.

Menanggapi rencana tersebut, Chairman of Working Group Spectrum ATSI Rudi Purwanto menuturkan, spektrum frekuensi 1,4GHz sebenarnya masih memiliki ekosistem yang belum matang.

"Bicara 1,4GHz di Indonesia, ia masuk ke kelompok N50. N50 di sini belum ada. Kemudian, apakah pita 1.4GHz yang lain ekosistemnya ada? Cuma satu yaitu N75," tutur Rudi dalam diskusi Selular Business Forum di Jakarta, Senin (10/2/2025).

Ia menuturkan, N75 itu digunakan supplementary downlink yang sebenarnya untuk mengoptimalkan jaringan seluler agar kecepatan downlink-nya bisa lebih besar dengan cara digabungkan ke supplementary itu.

Dengan kondisi itu pula, Rudi menuturkan, setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 1 hingga 1,5 tahun sebelum frekuensi 1,4GHz ini benar-benar matang ekosistemnya.

Penambahan Spektrum Bisa Bantu Ketertinggalan Indonesia di Internet

Plt. Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit dan Standarisasi Infrastruktur Digital Kemkomdigi Adis Alfiawan (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)
Plt. Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit dan Standarisasi Infrastruktur Digital Kemkomdigi Adis Alfiawan (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)... Selengkapnya

Kendati demikian, ia tidak menampik kalau penambahan spektrum ini bisa membantu ketertinggalan Indonesia dalam hal layanan internetnya, meski bukan solusi permanen. Apalagi, jika hal itu dimaksudkan untuk mengejar kecepatan internet Tanah Air.

"Yang kedua, density network itu juga menjadi perhatian. Berarti harus ada kemampuan untuk menggelar. Untuk dapat menggelar, logisnya operator harus sehat dulu," ujarnya lebih lanjut.

Untuk itu, ia mengatakan, ada frekuensi lain yang juga sebenarnya bisa menjadi pilihan seperti 700MHz, 2.6GHz, serta 26GHz. Sebab, frekuensi tersebut dianggap sudah memiliki ekosistem yang lebih matang dan siap mendukung teknologi 5G.

Sebagai contoh, pita 2,6GHz sudah digunakan di Vietnam, Thailand, Malaysia, Filipina, Myanmar, Singapura, dan Laos. Sementara pita 3,5GHz sudah digunakan di Filipina, dan pita 26GHz sudah dialokasikan oleh Filipina dan Vietnam.

 

Komdigi Mau Lelang Frekuensi 1,4GHz

Sebelumnya, Kementerian Komdigi (Komunikasi dan Digital) diketahui tengah berencana melelang spektrum frekuensi 1,4GHz dalam waktu dekat. Langkah ini diambil bukannya tanpa alasan, karena Komdigi menargetkan bisa menghadirkan internet murah berbasis fixed broadband.

Menurut Plt. Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit dan Standarisasi Infrastruktur Digital Kemkomdigi Adis Alfiawan, penetrasi fixed broadband di Indonesia masih rendah. 

Selain itu, Adis menuturkan, kualitas layanan kecepatan download rata-rata layanan fixed broadband masih relatif rendah, yakni 32,07 Mbps. Data itu berdasarkan Ookla pada Desember 2025.

Selain itu, berdasarkan pemetaan, Indonesia saat ini masih memiliki usage gap yang cukup tinggi. Maksudnya, kesenjangan antara rumah yang sudah dialiri listrik dan terhubung dengan internet fixed broadband, dengan yang belum terhubung.

"Padahal, itu sebenarnya potensi, karena sudah terkoneksi listrik. Sudah ada kabel dan tiang, tinggal ditambahkan kabel FO (fiber optic)," tuturnya dalam Selular Business Forum di Jakarta, Senin (10/2/2025).

Ditambah, pertumbuhan pelanggan fixed broadband sejak 2021 terbilang stagnan. Dengan kondisi tersebut, Kementerian Komdigi pun berusaha mengatasinya dengan lelang frekuensi 1,4GHz untuk layanan telekomunikasi BWA (Broadband Wireless Access).

Demi Gulirkan Layanan BWA Lebih Masif

Layanan BWA dipilih karena menawarkan penggelaran yang lebih mudah dan cepat dengan biaya relatif lebih rendah dibandingkan FO.

Jadi, BWA akan menjadi akseselerator peningkatkan layanan fixed broadband sekaligus pelengkap layanan jaringan FO.

"Jadi, BWA tidak diposisikan menggantikan, bukan. Justru, ia merupakan extension," tutur Adis menjelaskan. Selain itu, layanan ini diharapkan juga bisa menjadi pemantik permintaan layanan fixed broadband di Indonesia.

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya