Tarif Listrik Naik, Bisnis Pengusaha Makin Amburadul

PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk mengaku merasa terbebani dengan kenaikan tarif listrik progresif yang akan berlaku pada 1 Mei 2014.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Apr 2014, 18:13 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2014, 18:13 WIB
Foto ilustrasi listrik
(Foto: Dokumentasi PLN)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk mengaku merasa terbebani dengan kenaikan tarif listrik progresif yang akan berlaku pada 1 Mei 2014. Namun pihaknya memastikan tak akan menaikkan harga tiket masuk wisata Ancol dan Dufan.

Direktur Pembangunan Jaya Ancol, Gatot Setyo Waluyo mengungkapkan, kenaikan tarif listrik bagi golongan I3 dan I4 hingga 60% sangat berpengaruh terhadap biaya operasional perusahaan.

"Pasti pengaruhnya besar ya, karena listrik cukup dominan di biaya operasional perusahaan. Jadi dampaknya ada pembengkakan biaya operasional sekitar 20%," ujarnya kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat (18/4/2014).

Kata Gatot, saat ini pihaknya sedang mengevaluasi kenaikan tarif listrik tersebut kepada harga tiket. Meski demikian, emiten berkode PJAA ini berupaya untuk mempertahankan harga tiket masuk Ancol dan Dufan.

"Biarpun naik, kayaknya kami masih akan pertahankan harga tiket untuk tahun ini. Kecuali ada kenaikan lagi yang semakin memberatkan. Pokoknya kami evaluasi terus," tutur dia.

Dia menyebut, PJAA tahun lalu telah menaikkan harga tiket masuk gerbang Ancol satu kali. Sementara harga tiket Dufan tak beranjak dari harga semula.

Sekadar informasi, harga tiket masuk dufan saat ini di hari biasa sebesar Rp 180 ribu per orang dan Rp 250 ribu di hari libur. Sedangkan tiket masuk pintu gerbang Ancol berkisar Rp 16 ribu sampai Rp 20 ribu per orang.

Ditemui terpisah, Presiden Direktur PT Indomobil Suzuki Internasional, Soebronto Laras mengatakan, pengusaha terus dihujam dengan beban seperti kenaikan listrik, kenaikan upah, permasalahan infrastruktur dan sebagainya.

"Bisnis pengusaha makin amburadul kalau tarif listrik langsung naik tinggi sekaligus. Karena kami baru saja menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah yang berdampak terhadap kenaikan biaya operasional hampir 30% dari tahun lalu," paparnya.

Jika begini terus, sambung Soebronto, bisnis pengusaha bisa mati dan berujung pada berkurangnya penerimaan negara. Dia berharap, kenaikan tarif listrik dapat dilakukan secara bertahap.

"Pengusaha kan yang paling banyak bayar pajak. Lah kalau bisnisnya mati, negara nggak dapat pajak lagi terus dari mana membiayai negara ini," cetus Soebronto.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya