BPS Tertarik Numpang Satelit Punya BRI

"Satelit itu bisa digunakan untuk sensus pertanian, memotret luas lahan yang bisa dikembangkan secara elektronik," kata Kepala BPS Suryamin.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 29 Apr 2014, 14:16 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2014, 14:16 WIB
Bank BRI
Bank BRI (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengapresiasi dan mendukung langkah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) untuk membangun satelit jaringan komunikasi. Sebab Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut mengizinkan beberapa transponder pada satelit digunakan untuk keperluan negara.

Kepala BPS Suryamin mengaku dapat menjalin kerjasama dengan BRI dalam hal pemanfaatan satelit tersebut untuk sensus pertanian dan sebagainya.

"Satelit itu bisa digunakan untuk sensus pertanian, memotret luas lahan yang bisa dikembangkan secara elektronik misalnya oleh BPPT dan Kemenristek," ucap dia di Kantor Kemenko, Jakarta, Selasa (29/4/2014).

Sayangnya, kata Suryamin, BPS belum menjajaki kerjasama ini dengan BRI mengingat satelit jaringan komunikasi ini baru akan rampung dua tahun mendatang.

"Belum ada kerjasama atau pembicaraan, nantilah," ucapnya.

Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sofyan Basri mengaku, satelit yang bernama BRIsat ini selain digunakan untuk pengembangan bisnis perseroan, pihaknya juga akan berbagi dengan negara.

"Bisa untuk pemerintah dan negara karena kami akan mengalokasikan beberapa transponder untuk pengelolaan data kependudukan, pendataan di sektor pertanian, pendidikan serta pertahanan dan keamanan," terang dia.

BRIsat mempunyai berat dan ukuran menengah seberat 3.500 kilogram. Jumlah transponder sebanyak 45 buah yang dapat mencakup seluruh wilayah Indonesia, ASEAN, Asia Timur Laut, sebagian Pasifik dan Australia.

Satelit perbankan pertama di dunia ini dibangun dengan nilai investasi sekitar Rp 2,5 triliun. Menggandeng perusahaan pembuat satelit dari Amerika Serikat, Space System/Loral dan perusahaan peluncur satelit dari Prancis. Dengan satelit ini, BRI akan mampu menghemat biaya sewa satelit sekitar Rp 200 miliar-Rp 250 miliar setiap tahun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya