Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat (AS) dapat mengenakan sanksi ekonomi tambahan dalam beberapa minggu ke depan jika pelanggaran kedaulatan Ukraian terus berlanjut.
Hal itu disampaikan pejabat senior di Departemen Keuangan. Sejauh ini sanksi yang digunakan oleh AS dan Uni Eropa ditargetkan kepada pejabat, individu dan perusahaan terkait dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Langkah selanjutnya akan menjadi tindakan terhadap industri Rusia termasuk bank dan energi.
Baca Juga
"Apa yang kami coba capai di sini adalah untuk mengubah kalkulus pemerintah Rusia," ujar David Cohen, Undersecretary for Terrorism and Financial Intellligence, seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (4/5/2014).
Advertisement
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin pun mengancam akan meningkatkan perang ekonomi jika sanksi lebih lanjut dikenakan.
"AS telah menandakan kemampuannya untuk mengambil langkah-langkah yang lebih serius untuk menciptakan ketidakpastian di pasar. Ketidakpastian yang sebenarnya menghukum ekonomi Rusia," ujar Cohen.
Adapun sanksi yang diberikan sekarang telah memicu dana asing keluar sekitar US$ 60 miliar di Rusia pada kuartal I 2014. Hal itu telah memukul pasar saham Rusia dan mata uangnya. Indeks acuan Micex pun merosot lebih dari 13%.
"Saya tidak berpikir setiap pemimpin mengabaikan ekonomi melemah sangat signifikan," tutur Cohen.
Ia menambahkan, menutup transaksi dolar untuk individu dan perusahaan merupakan alat paling kuat di AS.
"Sebagian besar dari perdagangan global menggunakan dolar. Ketika kita menjatuhkan sanksi pada perusahaan yang berarti mereka tidak dapat memiliki akses ke lembaga keuangan AS, untuk bisnis di AS, dan perdagangan dalam dolar," tutur Cohen.
Sementara itu, Presiden Barack Obama dan Kanselir Jerman Angela Merkel telah melakukan pertemuan kemarin. Mereka menyatakan, pemilihan umum (Pemilu) di Ukraina adalah titik pemicu berikutnya penentuan apakah AS dan sekutunya menjatuhkan sanksi lebih luas di Rusia.