Belanja Iklan Media Massa Capai Rp 26,7 Triliun

Penurunan belanja iklan terbesar terjadi pada kategori telekomunikasi yang tercatat turun 19% menjadi hanya Rp 891 miliar.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Mei 2014, 14:43 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2014, 14:43 WIB
Program TV yang Baik Untuk Anak Seperti Apa?
Beberapa program televisi di Indonesia cukup memprihatinkan karena tidak melihat dampak negatif pada anak

Liputan6.com, Jakarta Nielsen Indonesia menyebutkan belanja iklan di media massa pada kuartal I 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 15% menjadi Rp 26,7 triliun dibandingkan dengan kuartal I 2013 yang tercatat Rp 23,3 triliun.

Managing Director Media Nielsen Indonesia Irawati Pratignyo mengatakan, meskipun dari sisi nilai terlihat tinggi, namun dari sisi pertumbuhan, belanja iklan pada kuartal I 2014 tersebut terhitung lebih kecil bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal I 2013 yang mencapai 23%, dan kuartal I 2012 yang tercatat 20%.

"Bila dilihat pertumbuhan menurut jenis media, di kuartal pertama tahun ini belanja iklan televisi tumbuh sebesar 19%, surat kabar tumbuh sebesar 9%, sementara majalah dan tabloid justru mengalami penurunan sebesar 1%," ujar Irawati di Jakarta, Rabu (7/5/2014).

Dia menjelaskan, pertumbuhan belanja iklan pada kuartal I tahun ini sebagian besar berkat kontribusi belanja iklan partai politik dan pemerintahan yang meningkat sebesar 89% menjadi sebesar Rp 2,04 triliun.

Selain kategori partai politik dan pemerintahan, kategori yang mengalami pertumbuhan belanja iklan terbesar pada kuartal I tahun ini adalah iklan dari produk pembersih dan perawatan pakaian yang tumbuh 72% atau senilai Rp 1,18 triliun.

Disusul oleh produk mie atau makanan Instan dengan pertumbuhan sebesar 66% atau senilai Rp 790 miliar.

Sementara itu, untuk penurunan belanja iklan terbesar terjadi pada kategori telekomunikasi sebesar 19% atau hanya senilai Rp 891 miliar dan iklan layanan sosial yang turun 12% atau senilai Rp 836 miliar.

"Untuk ketegori iklan telekomunikasi memang mengurangi belanja iklan. Karena produk-produk telekomunikasi lebih menyasar pada media massa yang lebih segmented. Jadi mengurangi belanja iklan di televisi dan lebih banyak ke majalah segmented," katanya.

Data yang disajikan Nielsen ini berasal dari monitoring aktivitas periklanan Indonesia yang mencakup 24 stasiun televisi, 95 surat kabar dan 163 majalah dan tabloid. (dny/gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya