Liputan6.com, Washington - Lembaga keuangan dana moneter internasional (International Monetary Fund/IMF) baru saja menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,7 persen menjadi 3,4 persen untuk Tahun 2014. IMF menjelaskan, terdapat dua ancaman utama yang berpotensi menganggu pertumbuhan ekonomi dunia sehingga proyeksi tersebut mereka turunkan.
Mengutip laman CNBC, Rabu (30/7/2014), normalisasi kebijakan monoter di negara-negara maju dan perlambatan ekonomi di negara-negara berkembang merupakan dua tren yang dapat berisiko mengganggu lajur pertumbuhan ekonomi global.
Dalam laporannya, IMF mengungkapkan, meski negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris tengah mengalami pemulihan, pertumbuhan negara-negara berkembang justru tercatat melambat dan menjadi risiko tersendiri.
"Interaksi antara kondisi-kondisi finansial yang semakin mengetat dan perlambatan struktural di negara-negara berkembang dapat menganggu pertumbuhan ekonomi global," seperti tertulis dalam laporan IMF.
Penghasilan dunia juga dapat berkurang seiring dengan semakin besarnya pengaruh dari dua faktor tersebut.
Pengetatan kebijakan moneter di negara-negara maju diprediksi dapat berpengaruh baik atau buruk tergantung pada tujuan para pengambil kebijakan.
"Jika pengetatan kebijakan ekonomi tidak didorong motivasi untuk meraih pertumbuhan ekonomi yang lebih baik tapi haya sekadar untuk menjaga stabilitas finansial, maka dampaknya akan negatif, khususnya di negara-negara berkembang," ungkap IMF dalam laporannya.
Sementara itu, para investor juga sudah mulai merasakan dampaknya sejak Mei tahun lalu, saat Bank Sentral AS (The Fed) mengumumkan akan menarik dana stimulusnya yang semula berjumlah US$ 85 miliar per bulan. Kondisi tersebut pada akhirnya menekan laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.
Perlambatan yang terjadi di negara berkembang juga berisiko pada pertumbuhan ekonomi global. Dampaknya dapat terasa melalui distribusi perdagangan dan keuangan.
Bahkan laporan tersebut memperkirakan, perlambatan satu persen di negara berkembang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi negara maju sebesar 0,25 persen khususnya melalui pengurangan volume perdagangan.
Sebagai kunci untuk menghadapi risiko tersebut adalah komunikasi antar bank sentral dalam mengambil kebijakan ekonomi untuk negaranya. Artinya, negara berkembang perlu menguatkan fokus dalam mengambil kebijakan struktural guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka waktu menengah.
Sekadar informasi, laporan tahunan IMF bertajuk Spillover Report sengaja dibuat setelah krisis finansial global guna meningkatkan pemahaman mengenai seberapa berisikonya pengaruh suatu wilayah pada negara-negara di sekitarnya. (Sis/Gdn)
Dua Ancaman yang Ganggu Pertumbuhan Ekonomi Global versi IMF
Perlambatan satu persen di negara berkembang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi negara maju sebesar 0,25 persen.
Diperbarui 30 Jul 2014, 11:35 WIBDiterbitkan 30 Jul 2014, 11:35 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
IHSG Sepekan Menguat 3,74%, Simak Daftar Top Gainers dan Top Losers 21-25 April 2025
Singgung Hilirisasi, Gibran: Sekedar Kaya Saja Tidak Cukup
5 Model Gamis Mermaid yang Glamor dan Cocok untuk Acara Spesial
IMDE Gelar Diskusi Film “Harmoni” di Dies Natalis ke-27
Paus Fransiskus Ingin Makam Sederhana, Biaya Pemakaman Ditanggung Seorang Dermawan
Serangan Bom Mobil Tewaskan Jenderal Rusia, Kremlin Sebut Ukraina Bertanggung Jawab
VIDEO: Nggak Cuma Love Language, Kenali Juga Stress Language Kamu!
Gaji Rp 14 Juta Boleh Beli Rumah Subsidi, Simak Rincian Harga Terkini Rumah Subsidi!
Jadwal MPL ID S15 Hari Ini 26 April 2025: RRQ Hoshi Hadapi Dewa United, Evos Glory vs Bigetron Esports!
Top 3 Berita Bola: Manchester United Dapat Angin Segar Jelang Tantang Athletic Bilbao di Semifinal Liga Europa
Alasan Emotional Oranges Gandeng Jaehyun NCT di Lagu Barunya
Merawat Kecantikan Bikin Lyodra Ginting Tambah Percaya Diri, Akui Suka Pakai Body Lotion yang Wangi