Liputan6.com, Jakarta - Setelah hampir genap enam tahun dan telah meorehkan berbagai prestasi di dunia internasional, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan akhirnya diumumkan mengundurkan diri dari jabatannya. Prestasinya memang tak diragukan lagi, terlebih jika mengingat Karen merupakan wanita pertama yang menjabat sebagai direktur utama Pertamina.
Sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina memang tercatat selalu dinahkodai para pria. Ibnu Sutowo, pria yang sebelumnya berprofesi sebagai dokter ini, merupakan Direktur Utama pertama Pertamina.
Kala itu, seperti dikutip dari sejumlah sumber, Senin (18/8/2014), Kepala Staf Angkatan Darat, AH Nasution menginstruksikan Ibnu untuk mengelola Pertamina. Selama hampir dua dekade memimpin Pertamina hingga 1975, Ibnu nyaris saja menyeret bangkrut perusahaan milik negara tersebut.
Advertisement
Alhasil, Ibnu yang diduga telah melakukan aksi korupsi besar-besaran diberhentikan dan diganti oleh Piet Harjono. Sejak itu, jabatan teratas Pertamina, secara berturut-turut selalu diisi para pria yaitu Joedo Soembono, AR Ramli, F Abda'oe, dan Soegianto.
Bahkan setelah memasuki era reformasi, jabatan tersebut tampak tak bisa lepas dari genggaman para pria. Pada 1998, Martiono Hadianto didaulat memimpin perusahaan minyak dan gas milik negara tersebut.
Lagi-lagi pria, usai Hadianto lengser, Baihaki Hakim menduduki tahta Pertamina. Hanya bertahan dua tahun, jabatan Baihaki diteruskan Afiffi Nawawi yang memimpin Pertamina hingga 2004.
Usai turun dari jabatannya, Widya Purnama mengambil alih kepemimpinan perusahaan pengelola pertambangan minyak dan gas negara tersebut. Sayangnya, negoasiasi Blok Cepu yang kian meruncing membuat Widya dicopot dari jabatan bergengsi tersebut.
Barulah pada 2009, Karen Agustiawan ditunjuk menjadi Direktur Utama Pertamina. Duduknya Karen di kursi tertinggi Pertamina itu merupakan prestasi luar biasa mengingat dia adalah wanita pertama yang berhasil terpilih.
Meski wanita, Karen sukses membuktikan ketangguhannya memimpin Pertamina selama lima tahun terakhir. Dia sukses membawa perusahaan milik negara tersebut menggoyang panggung bisnis internasional dan menerobos jajaran perusahaan raksasa dunia versi Fortune 500.
Bahkan sosok Karen juga didaulat sebagai salah satu wanita paling berpengaruh di dunia. Lulusan teknik fisika ITB ini memang terkenal berani dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi perusahaan.
Begitulah akhirnya, wanita pertama yang pernah menjadi direktur utama Pertamina ini memutuskan mundur dari jabatannya. Dia lebih memilih mengurus anak-anaknya sambil mengamalkan ilmu yang dimilikinya di Harvard.
Maklum, usai resmi berhenti, wanita kelahiran Oktober 1958 ini akan mulai mengajar di Harvard, Boston.