Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadhan menjadi momen istimewa bagi umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah, termasuk dalam ritual berbuka puasa. Namun, tahukah Anda bahwa terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang waktu yang tepat untuk membaca doa berbuka puasa? Sebagian besar masyarakat terbiasa membaca doa sebelum menyantap makanan berbuka, padahal terdapat pendapat kuat yang menganjurkan membaca doa setelah makan.
Berdasarkan kitab I'anat al-Thalibin karya Imam Abu Bakar Muhammad Syatha', terdapat penjelasan detail mengenai waktu yang paling tepat untuk membaca doa berbuka puasa. Pemahaman yang benar tentang hal ini dapat membantu kita menjalankan ibadah puasa dengan lebih sempurna sesuai tuntunan syariat.
Advertisement
Selain itu, banyak yang meyakini bahwa berbuka puasa harus dengan makanan manis adalah sunnah Rasulullah SAW. Namun, benarkah demikian? Mari kita telusuri fakta-fakta menarik ini lebih dalam, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (31/1/2025).
Advertisement
Waktu yang Tepat Membaca Doa Buka Puasa
Salah satu ritual penting dalam ibadah puasa adalah membaca doa saat berbuka. Meski terlihat sederhana, ternyata ada tuntunan khusus dari para ulama mengenai waktu yang paling tepat untuk mengamalkan doa buka puasa. Pemahaman yang benar tentang hal ini akan membantu kita menjalankan ibadah dengan lebih sempurna dan mendapatkan keberkahan yang optimal.
Dalam kitab I'anat al-Thalibin, Imam Abu Bakar Muhammad Syatha' memberikan penjelasan yang sangat detail tentang waktu membaca doa berbuka puasa. Beliau menegaskan dalam kitabnya:
(وَقَوْلُهُ: عَقِبَ الْفِطْرِ) أَيْ عَقِبَ مَا يَحْصُلُ بِهِ الْفِطْرُ، لاَ قَبْلَهُ، وَلاَ عِنْدَهُ
"(Perkataan imam Zainuddin al-Malibari: setelah berbuka) yang dimaksud adalah setelah selesainya berbuka puasa, bukan sebelum atau saat berbuka."
Penjelasan ini memberikan gambaran bahwa waktu yang paling tepat untuk membaca doa buka puasa adalah setelah kita menyelesaikan makanan atau minuman berbuka, bukan sebelumnya seperti yang umum dilakukan oleh masyarakat. Hal ini memiliki hikmah tersendiri, di mana kita telah benar-benar merasakan nikmat berbuka dan dapat lebih khusyuk dalam berdoa.
Meski demikian, terdapat pandangan yang lebih fleksibel dari Syaikh Sa'id bin Muhammad Ba'ali al-Hadhrami dalam kitab Busyra al-Karim yang memberikan ruang kelonggaran. Beliau menyatakan:
(وَ) يُسَنُّ (أَنْ يَقُوْلَ عِنْدَهُ) أي عِنْدَ إِرَادَتِهِ، وَالْأَوْلَى بَعْدَهُ
"Disunnahkan bagi orang yang akan berbuka – dan yang lebih utama setelah berbuka (selesai menyantap makanan/minuman) – membaca doa."
Para ulama menyebutkan beberapa hikmah di balik anjuran membaca doa setelah berbuka. Pertama, kekhusyukan dalam berdoa lebih terjaga karena rasa lapar dan haus sudah terobati. Kedua, kondisi fisik dan mental lebih stabil setelah berbuka, sehingga dapat lebih fokus dalam bermunajat. Ketiga, rasa syukur atas nikmat berbuka dapat lebih terasa setelah benar-benar merasakan makanan dan minuman.
Dengan memahami waktu yang tepat untuk membaca doa buka puasa, kita diharapkan dapat menjalankan ibadah dengan lebih sempurna. Meski terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, yang terpenting adalah kita tetap menjaga adab dan kesungguhan dalam berdoa, serta memilih waktu yang paling memungkinkan kita untuk mencapai kekhusyukan dalam bermunajat kepada Allah SWT. Perbedaan pendapat ini justru menunjukkan keluasan dan kemudahan dalam syariat Islam yang selalu mempertimbangkan kondisi umatnya.
Advertisement
Bacaan Doa Buka Puasa yang Dianjurkan
Dalam tradisi Islam, doa berbuka puasa memiliki kedudukan istimewa sebagai sarana komunikasi spiritual dengan Allah SWT saat mengakhiri puasa. Doa ini bukan sekadar ritual, tetapi merupakan ekspresi syukur atas nikmat berbuka dan harapan agar puasa yang telah dilakukan diterima oleh Allah SWT. Para ulama telah mewariskan beberapa versi doa berbuka puasa yang ma'tsur (diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW), yang dapat kita amalkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan kita.
1. Doa Utama dari Dua Sahabat
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمأُ وابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأجْرُ إِنْ شاءَ اللَّهُ تَعالى
Allahumma laka sumtu wa 'ala rizqika aftartu dzahabazh zhama'u wabtallatil 'uruqu wa tsabatal ajru insya Allah ta'ala
Artinya: "Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka. Telah hilang dahaga, telah basah kerongkongan dan semoga telah tetap pahala insya Allah."
2. Doa Ringkas dari Ibnu Umar
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ
Allahumma laka sumtu wa 'ala rizqika aftartu
Artinya: "Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka."
Keberagaman bacaan doa berbuka puasa ini mencerminkan fleksibilitas ajaran Islam dalam memberikan pilihan kepada umatnya. Baik menggunakan doa yang panjang maupun yang ringkas, yang terpenting adalah konsistensi dalam mengamalkannya dan menjaga kekhusyukan saat berdoa. Dengan memahami dan mengamalkan doa-doa ini dengan benar, diharapkan ibadah puasa kita dapat lebih sempurna dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Mari kita jadikan momen berbuka puasa tidak hanya sebagai waktu untuk mengisi perut, tetapi juga sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui doa-doa yang ma'tsur ini.
Fakta Mengejutkan tentang Berbuka dengan yang Manis
Di tengah masyarakat Muslim, terdapat kepercayaan yang sangat populer bahwa berbuka puasa sebaiknya dimulai dengan makanan atau minuman yang manis. Banyak yang meyakini bahwa ini adalah sunnah yang bersumber langsung dari Rasulullah SAW. Namun, ketika ditelusuri lebih dalam melalui literatur hadits dan kitab-kitab klasik, ternyata keyakinan ini perlu dikaji ulang kebenarannya.
Penelusuran terhadap hadits-hadits shahih menunjukkan bahwa tidak ada satupun hadits yang secara spesifik menganjurkan berbuka dengan makanan manis. Yang ada adalah hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu yang menceritakan kebiasaan Rasulullah SAW dalam berbuka puasa:
كَانَ رَسُولُ اللّهِ صَلَّى اللَّهً عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَم تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Kana Rasulullahi shallallahu 'alaihi wa sallam yuftiru 'ala rutabatin qabla an yushalliya, fa in lam takun rutabatun fa'ala tamaratin, fa in lam takun hasa hasawatin min ma'
Artinya: "Rasulullah SAW berbuka dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab maka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr maka dengan beberapa teguk air."
Para ulama memiliki pandangan berbeda dalam memahami hadits ini. Al Hattab Ar Ru'aini dalam kitab Mawahibul Jalil berpendapat bahwa alasan dipilihnya kurma adalah karena rasanya yang manis, yang dapat memulihkan energi dan membantu penglihatan yang menurun akibat puasa. Berdasarkan pemahaman ini, beberapa ulama menyimpulkan bahwa makanan manis lain bisa menggantikan kurma jika tidak tersedia.
Namun, pendapat berbeda disampaikan oleh Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin. Beliau menegaskan bahwa berbuka dengan makanan manis selain kurma bukanlah bagian dari sunnah Rasulullah SAW. Menurut beliau, urutan yang paling utama dalam berbuka adalah kurma basah, kurma kering, air zam-zam, air putih biasa, kemudian makanan manis alami seperti buah-buahan, dan terakhir makanan manis yang dimasak.
Dari sisi medis modern, hikmah berbuka dengan kurma mendapat dukungan kuat. Kandungan fruktosa dan glukosa dalam kurma dapat dengan cepat diserap tubuh untuk mengembalikan energi setelah berpuasa. Kurma juga kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Meski demikian, pemahaman akan manfaat ini tidak serta merta membuat makanan manis lainnya memiliki kedudukan yang sama dengan kurma dalam konteks sunnah berbuka puasa.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa anjuran "berbuka dengan yang manis" sebenarnya bukan berasal dari hadits, melainkan interpretasi dari kebiasaan Rasulullah SAW berbuka dengan kurma. Meskipun makanan manis dapat membantu memulihkan energi saat berbuka, yang terpenting adalah mengikuti sunnah Rasulullah SAW dengan berbuka menggunakan kurma atau air putih, serta tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan manis untuk menghindari dampak negatif bagi kesehatan. Pemahaman yang benar tentang hal ini akan membantu kita menjalankan ibadah puasa dengan lebih sesuai tuntunan syariat sekaligus menjaga kesehatan dengan lebih baik.
Advertisement
Tips Praktis Penerapan Doa Buka Puasa Setelah Makan
Memahami waktu yang tepat untuk membaca doa berbuka puasa merupakan langkah awal menuju kesempurnaan ibadah. Namun, penerapannya dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan strategi yang tepat agar dapat dilakukan dengan konsisten. Berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat membantu kita menerapkan pembacaan doa buka puasa setelah makan dengan lebih baik:
1. Berbuka dengan Tertib Sesuai Sunnah
Mulailah berbuka puasa dengan kurma atau air putih sesuai sunnah Rasulullah SAW. Jika menggunakan kurma, cukup dengan 1-3 butir kurma, tidak perlu berlebihan. Setelah itu, berikan jeda sejenak sebelum melanjutkan dengan makanan utama. Cara ini tidak hanya mengikuti sunnah tetapi juga memberi kesempatan pada sistem pencernaan untuk beradaptasi secara perlahan setelah berpuasa seharian.
2. Makan dengan Tenang dan Tidak Tergesa-gesa
Nikmati makanan berbuka dengan perlahan dan penuh kesadaran. Kunyah makanan dengan baik dan hindari makan secara terburu-buru meskipun rasa lapar begitu mendesak. Makan dengan tenang akan membantu pencernaan bekerja lebih baik dan membuat kita lebih menghayati nikmat berbuka. Selain itu, makan dengan perlahan juga membantu mengontrol porsi makanan sehingga tidak berlebihan.
3. Setelah Selesai Makan, Baca Doa dalam Keadaan Khusyuk
Setelah menyelesaikan makanan berbuka, ambil waktu sejenak untuk membaca doa berbuka puasa dengan khusyuk. Posisikan diri dalam keadaan tenang, dan pastikan kondisi sekitar mendukung untuk berdoa. Bacalah doa dengan pelan dan penuh penghayatan, sambil merenungkan makna dari setiap kata yang diucapkan. Kondisi ini sangat ideal karena tubuh dan pikiran sudah dalam keadaan rileks setelah berbuka.
4. Lanjutkan dengan Shalat Maghrib
Setelah membaca doa, bersiaplah untuk melaksanakan shalat Maghrib. Pengaturan waktu yang baik antara berbuka, berdoa, dan shalat akan membantu kita menjalankan semua ibadah dengan optimal. Usahakan untuk tidak terlalu kenyang saat shalat agar bisa lebih khusyuk dalam beribadah. Jika masih ada makanan yang belum habis, dapat dilanjutkan setelah shalat Maghrib.
Penerapan tips praktis di atas membutuhkan komitmen dan kesabaran, terutama di awal pembentukan kebiasaan baru. Namun, dengan konsistensi dan pemahaman akan pentingnya mengikuti tuntunan syariat, InsyaAllah kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih sempurna. Yang terpenting adalah menjaga keseimbangan antara mengikuti sunnah dan memperhatikan kondisi fisik kita, sehingga semua ritual ibadah dapat dijalankan dengan optimal dan penuh makna.
Dengan memahami waktu yang tepat untuk membaca doa buka puasa setelah makan dan fakta sebenarnya tentang berbuka dengan yang manis, diharapkan ibadah puasa kita menjadi lebih sempurna dan sesuai dengan tuntunan syariat yang benar.