Kenaikan Harga BBM Harus Bertahap Agar Warga Tak Kaget

Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk, Ryan Kiryanto menilai, harga premium yang ideal naik menjadi Rp 9.250 per liter.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Agu 2014, 17:21 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2014, 17:21 WIB
BBM Bersubsidi Langka, Warga Antre di SPBU
Sejumlah SPBU kehabisan persediaan BBM jenis premium yang bersubsidi, Jakarta, Senin (25/8/14). (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Ekonomi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Ryan Kiryanto mengungkapkan, kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bukan perkara mudah. Pihaknya mengusulkan kenaikan harga sekira Rp 8.000-Rp 9.000 per liter.

"Kalau mau naikkan harga jual BBM bersubsidi harus pelan-pelan. Masyarakat kita harus dididik terlebih dahulu," ungkap dia saat ditemui usai Seminar Mendorong BUMN Go Internasional di Jakarta, Selasa (26/8/2014).

Ryan mengusulkan, kenaikan harga premium yang ideal sekira Rp 9.250 per liter, sedangkan subsidi Rp 8.750 untuk harga solar.

"Yang ideal harga (BBM subsidi) sekarang ditambah Rp 12.000 dibagi dua. Kalau ujung-ujungnya premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 12.000 per liter pasti akan kaget," ujarnya.

Menurut Ryan, masyarakat akan terkejut dengan dampak yang ditimbulkan dari penyesuaian harga BBM bersubsidi. Imbasnya, tambah dia, inflasi melonjak dan berujung pada kenaikan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate).

"Kalau BI Rate naik, suku bunga akan naik. Padahal tahun depan kita butuh investasi kegiatan ekonomi. Dan kegiatan ekonomi ini membutuhkan suku bunga yang rendah," papar Ryan.(Fik/Ahm)

 


*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya