Harga BBM Naik, Kemana Duit Penghematan Rp 140 Triliun Mengalir?

Harga BBM naik akan menyumbang penghematan hingga Rp 140 triliun pada 2015.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Nov 2014, 19:21 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2014, 19:21 WIB
Antrian di SPBU Pejompongan menjelang kenaikan harga BBM subsidi
Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Keuangan memastikan kenaikan harga BBM akan menyumbang penghematan hingga Rp 140 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015. Dana tersebut akan dialokasikan untuk merealisasikan sejumlah program Presiden Joko Widodo (Jokowi). 
 
Menteri Keuangan, Bambang PS Brodjonegoro mengasumsikan, harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) tahun depan di bawah US$ 100 atau di bawah US$ 105 per barel, ditambah kebijakan penyesuaian harga BBM subsidi, pemerintah bisa mendapatkan penghematan ratusan triliun rupiah. 
 
"Dengan menggunakan kemungkinan tadi, besaran penghematan dari kenaikan harga BBM subsidi sebesar Rp 110 triliun sampai Rp 140 triliun tahun depan," ungkap dia saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Jakarta, Selasa (18/11/2014). 
 
Lebih jauh mantan Wakil Menteri Keuangan itu menyebut beberapa program infrastruktur dasar yang akan fokus didanai anggaran negara tersebut sepanjang 2015.  
 
Pertama, sambung Bambang, pemerintah memprioritaskan pembangunan beberapa irigasi atau waduk di tahun depan dengan kebutuhan investasi Rp 16 triliun. 
 
"Irigasi bakal dibikin dalam jumlah banyak, cukup masif baik sekunder maupun tersier. Kondisi 40 persen jaringan irigasi kita rusak, Pak Presiden petani, ketahanan pangan, swasembada, memperbaiki jenis subsidi pupuk, benih dan sebagainya," jelasnya. 
 
Bambang bilang, fokus kedua di sektor kelautan dan perikanan, seperti membeli mesin kapan ikan, mesin pendingin (cold storage). Ketiga, program pelebaran pita lebar (bandwith) untuk mendukung perkembangan teknologi informasi. 
 
Keempat, ketahanan energi diantaranya ekstensifikasi dari jaringan gas baik dalam kota, perumahan dan transportasi. "Menteri ESDM sangat setuju dengan diversifikasi ini ke sektor transportasi karena gas yang paling potensial," ujar dia.  
 
Sayangnya, sambungnya, harga gas di Indonesia bagi produsen kurang menarik karena dibanderol sangat murah Rp 3.100 per liter setara minyak. Padahal harga solar sebelum kenaikan Rp 5.500 per liter sehingga orang lebih memilih membeli solar ketimbang bahan bakar gas (BBG).  
 
Menggunakan BBG, dinilai Bambang kurang efisien karena harus melengkapinya dengan pengadaan konverter kit dan masih adanya kekhawatiran masyarakat terhadap keamanan konverter kita. "Jadi perbedaan harga antara BBM dan BBG yang terlalu tipis membuat pasar tidak tertarik," paparnya.
 
Kelima, menurut dia, di sektor kesehatan seperti penambahan tenaga dokter, memberikan atau meningkatkan bantuan iuran dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan mempeluas penerima dari saat ini 86 juta orang. 
 
"Dan keenam mendorong transfer dana ke desa, mendorong Dana Alokasi Khusus di mana pengalihan utamanya untuk kelompok miskin. Jadi penggunaan kartu ini supaya lebih tepat sasaran," pungkas Bambang mengakhiri komentarnya tentang BBM naik. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya