Apa Sebab Warga Perbatasan ‎Lebih Suka Pakai BBM Malaysia?

Peran SPBU Pertamina tidaklah signifikan mengingat warga Badau masih banyak yang membeli BBM Malaysia

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Feb 2015, 15:16 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2015, 15:16 WIB
Premium Langka, SPBU Ini Diserbu Pengendara
Namun menurut Pertamina hal itu bukan karena kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi melainkan pengaturan kuota yang mulai diberlakukan Pertamina, Jakarta, Rabu (27/8/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Kapuas Hulu - Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat merupakan salah satu wilayah Indonesia yang langsung berbatasan dengan Kuching, Malaysia.

Di wilayah tersebut saat ini terdapat satu SPBU milik PT Pertamina (Persero). Namun, peran SPBU tersebut tidaklah signifikan mengingat warga Badau masih banyak yang membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kuching, Malaysia.

Kepala Cabang Pembantu Bank Kalimantan Barat (Kalbar) unit Badau,  Anwar‎ menjelaskan alasan mereka membeli dari Kuching dikarenakan selain bagi mereka kualitas lebih bagus, ketersediaan BBM juga 24 jam.

‎Mengingat keterbatasan pasokan listrik, SPBU di Badau tersebut hanya beroperasi dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB, itupun dalam pengoperasiannya pihak pengelola menggunakan genset.

"Masyarakat disini itu perlu cepat, jadi penjual eceran itu lebih sering ambil dari Malaysia," tegas dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (12/2/2015).

Selain itu, SPBU milik Pertamina tersebut sampai saat ini belum menjual BBM jenis solar bersubsidi. Hal itulah yang menyebabkan solar di Badau dipasok dari Malaysia.

Jika dibandingkan dengan harga, sebenarnya harga BBM untuk jenis‎ premium dan solar yang dijual di SPBU Pertamina lebih murah. Adapun premium djual seharga Rp 6.600 per liter dan solar Rp 7.600 per liter.

Sementara harga BBM yang masyarakat beli dari Kuching itu seharga Rp 8000 per liter untuk jenis solar dan jenis Ron 92.
"Di sini eceran dijual Rp 10 ribu per liter," tutur Anwar.

‎Anwar menambahkan, warga Badau sendiri sebenarnya tidak mempermasalahkan harga BBM itu dijual dengan harga berapa, hanya saja yang mereka utamakan adalah ketersediaannya.

Dalam pembelian BBM dari Malaysia sendiri, otoritas Malaysia hanya membatasi sebanyak lima drum minyak dalam satu hari, dimana satu drum memiliki nilai jual sekitar Rp 1 juta.

Sementara itu, Camat Badau, Ahmad Salaffudin menjelaskan‎ wargau Badau sendiri saat ini sebagian pasokan listrik berasal dari Malaysia. Hal itu dikarenakan kemampuan pembangkit listrik disekitar Badau hanya‎ sebesar 400 Kilo Volt Amper (KVA).

"‎Saya dulu pernah ajukan pasokan untuk SPBU itu, tapi ya mau gimana lagi, kita tunggu saja sampai PLN mampu nantinya," pungkas dia. (Yas/Nrm)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya