Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia jatuh di akhir pekan ini sebesar 9 persen terkena laju penguatan dolar dan peringatan Badan Energi Internasional (IEA)
akan kelebihan pasokan.
Harga minyak Brent menetap mendekati level terendah dalam satu bulan di bawah US$ 55 per barel dan minyak mentah AS menetap di posisi
terendah dalam 2,5 bulan di bawah US$ 45 per barel.
Secara mingguan, minyak brent ditutup pada posisi US$ 54,67, turun US$ 2,41, atau 4,2 persen. Sedangkan minyak AS pada US$ 44,84, turun US$
2,21, atau 4,7 persen. Keduanya turun 9 persen pada pekan ini.
Pemicu turunnya harga minyak antara lain dolar mencapai nilai tukar tertinggi dalam 12 tahun pada Maret ini dibandingkan dengan euro, mendongkrak harga minyak dan komoditas denominasi dolar lainnya untuk pemegang mata uang lainnya.
"Kami ingin memecahkan posisi tahunan (harga minyak) yang rendah ini minggu depan," kata Tariq Zahir, Analis minyak di Tyche Capital
Advisors di Laurel Hollow, New York.
Harga minyak brent telah jatuh ke posisi US$ 45,19 pada bulan Januari, sementara minyak mentah AS turun menjadi US$ 43,48 per barel.
Harga minyak memulai hari dengan posisi minim usai IEA, yang menyarankan negara-negara industri energi, memperingatkan membanjirnya
pasokan global dan Amerika Serikat akan segera kehabisan tanki untuk menyimpan minyak mentahnya.
"Pasokan AS sejauh ini menunjukkan tanda-tanda akan sedikit melambat, justru sebaliknya, terus menentang harapan," menurut penjelasan IEA.
Beberapa pedagang juga khawatir tentang prospek Iran yang mencapai kesepakatan nuklir parsial dengan kekuatan dunia pada akhir Maret dan
kesepakatan penuh pada bulan Juni. Kesepakatan ini bisa mengakhiri sanksi terhadap Teheran, memungkinkan untuk mengekspor lebih banyak
minyak mentah, yang akan menekan harga.
Satu-satunya faktor bullish adalah data dari perusahaan jasa minyak Baker Hughes menunjukkan jumlah rig pengeboran minyak di Amerika
Serikat turun 56 minggu ini menjadi 866, terendah sejak Maret 2011. Sebuah jumlah rig yang lebih rendah sinyal penurunan produksi minyak.
Berita usulan pemerintah AS untuk membeli hingga lima juta barel minyak untuk perusahaan Strategic Petroleum Reserve juga menimbulkan
sedikit minat dari pasar.(Nrm)
Advertisement