BKPM: Rupiah Melemah, Minat Investasi Tetap Tinggi

Untuk PMA, rencana investasi yang sudah masuk ke BKPM periode Januari hingga 12 Maret 2015 sebanyak 596 proyek senilai US$ 16,1 miliar.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Mar 2015, 12:45 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2015, 12:45 WIB
Logo BKPM
Logo BKPM

Liputan6.com, Jakarta - Minat investor dalam negeri maupun investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia belum mengalami penurunan meskipun nilai tukar rupiah terus melemah pada tahun ini. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) periode Januari hingga Maret 2015 ini masih mengalami kenaikan jika dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kepala BKPM, Franky Sibarani menyatakan, kecenderungan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum mempengaruhi minat investasi ke Indonesia. Rencana investasi untuk PMDN yang sudah masuk ke BKPM periode Januari- hingga 12 Maret 2015 sebanyak 1.138 proyek dengan nilai investasi Rp 59 triliun, naik dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebanyak 689 proyek senilai Rp 40,16 triliun.

Sementara untuk PMA, rencana investasi yang sudah masuk ke BKPM periode Januari hingga 12 Maret 2015 sebanyak 596 proyek senilai US$ 16,1 miliar, naik
dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebanyak 698 proyek senilai US$ 6,3 miliar.



"Proyek investasi di atas sudah mengajukan permohonan perizinan ke BKPM dan sudah teridentifikasi. Jadi, seperti yang saya nyatakan sebelumnya, tren pelemahan nilai tukar rupiah belum berdampak terhadap minat investasi. Kami berharap rencana investasi ini dapat segera terealisasi sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (15/3/2015).

Franky menambahkan untuk PMA, rencana investasi yang paling besar berasal dari China, di mana periode Januari-Februari 2015 tercatat senilai US$ 6,77 miliar. Jumlah ini jauh meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2014 senilai US$ 557,22 juta.

Negara lain yang mencatatkan kenaikan rencana investasi Januari hingga Februari 2015 adalah Jepang dengan nilai US$ 1,03 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun 2014 senilai US$ 319,68 juta. Kemudian Malaysia di mana rencana investasi periode Januari hingga Februari 2015 senilai US$ 2,23 Miliar, dibandingkan periode yang sama senilai US$ 252,59 juta.

"Kenaikan rencana investasi China tidak mengherankan karena pada kuartal IV Tahun 2014 realisasi investasi dari China untuk pertama kalinya sejak tahun 2010 masuk lima besar investasi asing ke Indonesia senilai US$ 500 juta. Demikian juga dengan Malaysia yang pada tahun 2014, untuk pertama kalinya masuk dalam lima besar investasi asing ke Indonesia senilai US$ 1,8 miliar," jelasnya.



BKPM juga mencatat adanya penurunan rencana investasi yang sudah masuk ke BKPM sepanjang Januari-Februari 2015, dari beberapa negara, dibandingkan periode yang sama 2014. Negara-negara tersebut antara lain Singapura, di mana sepanjang Januari-Februari 2015 rencana investasi yang sudah masuk senilai US$ 2,32 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2014 senilai US$ 2,66 miliar.

Negara lainnya yang juga mengalami penurunan rencana investasi adalah Korea Selatan di mana sepanjang Januari-Februari 2015 tercatat rencana investasi senilai US$ 140,4 juta, lebih rendah dibandingkan periode yang sama 2014 senilai US$ 669,29 juta.

"Kami berpendapat penurunan nilai rencana investasi dari negara-negara tersebut bukan akibat melemahnya nilai tukar rupiah, tapi karena tren waktu pengajuan permohonan yang biasanya semakin meningkat di bulan-bulan berikutnya," katanya.

BKPM sendiri untuk tahun 2015 menargetkan realisasi investasi sebesar Rp 519 triliun, meningkat 14 persen dibandingkan realisasi investasi tahun 2014. Sementara, untuk periode 2015-2019, BKPM menargetkan realisasi investasi sebesar Rp 3.500 triliun guna mendukung target pertumbuhan ekonomi 7 persen. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya