Liputan6.com, Semarang - Penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah ternyata tidak berbuah manis bagi eksportir kopi. Pasalnya, harga komoditas tersebut saat ini sedang menurun sehingga para eksportir kopi tidak bisa menikmati keuntungan dari selisih kurs.
Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Tengah, Moelyono Soesilo menjelaskan, para eksportir kopi biasanya mendapat untung besar saat kurs dolar AS menguat terhadap rupiah. Alasannya, pedagang menjual komoditas tersebut dengan dolar AS dan saat dirupiahkan maka akan ada keuntungan tambahan dari selisih kurs.
Namun pada penguatan dolar AS yang terjadi sejak awal tahun ini, eksportir kopi tidak bisa menikmati keuntungan tersebut karena harga jual komoditas kopi sedang mengalami penurunan.
"Penguatan dolar berakibat pada tertekannya harga sejumlah komoditas pertanian di antaranya kopi, coklat, dan gula. Kondisi tersebut terjadi karena sejumlah komoditas tersebut tidak hanya diekspor ke Amerika Serikat tetapi juga ke sejumlah negara di Eropa dan Afrika yang sedang mengalami penurunan permintaan," kata Moelyono Soesilo, Kamis (9/4/2015).
Sebagai gambaran, untuk harga kopi dunia jenis robusta turun 15 persen yaitu dari US$ 2.100 per ton pada akhir tahun lalu kini turun menjadi US$ 1.800 per ton pada Maret 2015.
Hal ini sangat mengkhawatirkan eksportir kopi, terutama jika semakin menguat dan menekan rupiah maka harga kopi akan semakin rendah, dengan demikian keuntungan yang diperoleh petani maupun eksportir kopi juga akan turun.
"Memang saat ini hampir semua negara penghasil komoditas pertanian salah satunya kopi mengalami penurunan mata uang. Bahkan Brazil yang merupakan negara penghasil kopi terbesar juga mengalami penurunan mata uang terendah dalam 20 tahun terakhir," kata Moelyono.
Kondisi yang tidak baik ini berpengaruh terhadap volume ekspor kopi yang dikirim ke Amerika Serikat. Penguatan dolar AS juga tak membuat eksportir kopi dari Brazil bisa menikmati keuntungan besar.
Menghadapi kondisi pasar Amerika dan Eropa yang masih dalam tahap pemulihan, eksportir kopi Jawa Tengah saat ini lebih menyasar ke pasar ASEAN.
"Pasar Vietnam dan India akhir-akhir ini sudah mulai bagus, ini yang akan kami optimalkan. Meskipun sebagian dari mereka sudah memproduksi kopi sendiri tetapi karena kualitas kopi kita yang sangat baik maka tetap mendapat pasar di negara-negara tersebut," kata Moelyono. (Edhie Prayitno Ige/Gdn)
Eksportir Kopi Tak Nikmati Penguatan Dollar AS
Harga kopi dunia jenis robusta turun 15 persen yaitu dari US$ 2.100 per ton pada akhir tahun lalu kini turun menjadi US$ 1.800 per ton.
diperbarui 09 Apr 2015, 10:22 WIBDiterbitkan 09 Apr 2015, 10:22 WIB
Meski dikenal dengan kopi Robustanya, namun ternyata jenis kopi Arabica dari Indonesia lebih banyak menarik para penggemar kopi asal Eropa.... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Energi & TambangHarga BBM Pertamina Naik Mulai 1 Februari 2025, Ini Rinciannya!
Berita Terbaru
VIDEO: Datangi KPK, Abraham Samad dan Aktivis Laporkan Dugaan Korupsi PSN di PIK 2
Puasa Sunnah Bulan Syaban, Yuk Simak Keutamaannya Sebelum Masuk Ramadan
Ruben Amorim Mau Tukar Garnacho dengan Pemain yang Bisa Bikin Manchester United Turun Kasta di Liga Inggris
Investasi Reksa Dana Kini Makin Mudah, Simak Peluangnya
5 Destinasi Wisata Tematik Kopi di Indonesia Ini Jadi Surga Bagi Pencinta Kopi
OJK Terbitkan Aturan Pengembangan dan Penguatan Pengelolaan Investasi di Pasar Modal
Penjualan NFT Anjlok 28% dalam 7 Hari Terakhir
Jadwal Pelantikan Kepala Daerah Diundur, Pramono: Mau Kapan Saja Monggo
Maroon 5 Pamer Ungkapan Tak Sabar Fans Indonesia Jelang Konser di Jakarta Malam Ini: I'm Ready Mas Adam!
Ayo Daftar! Lomba Desain Logo Peringatan Hubungan Diplomatik ke-70 Tahun Polandia-RI Berhadiah Rp16,9 Juta
Raisa Andriana Umumkan Rilis Lagu 'It's Okay To Not Be Okay', Netizen Antusias Menunggu
Pengalaman Parenting Asmirandah: Tak Mudah, Tapi Harus Terus Belajar Jadi Ibu