Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak perkasa di kuartal I 2015. Bahkan IHSG mencetak rekor ke level 5.518 pada perdagangan saham 31 Maret 2015. Akan tetapi, laju IHSG cenderung tertekan sepanjang April 2015 dengan melemah 6,95 persen. IHSG ditutup melemah ke level 5.086 pada perdagangan saham 30 April 2015.
Head of Indonesia Equity Research PT Citigroup Securities Ferry Wong pun memberikan pandangannya terhadap potensi laju IHSG pada tahun ini. Apa saja yang dinantikan pelaku pasar sehingga dapat mendongkrak IHSG? Lalu bagaimana dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)? Apakah level Rp 13.000 per dolar AS merupakan ideal?
Berikut wawancara Vina Muliana dengan Head of Indonesia Equity Research PT Citigroup Securities Ferry Wong:
Advertisement
Bagaimana kondisi pasar modal Indonesia, berapa porsi dana asing dan lokal?
Porsi dana asing berdasarkan dari data kliring KSEI kurang lebih sekitar 62 persen merupakan dana asing, dan 38 persen dana lokal.
Kondisi pasar modal Indonesia sudah tidak bergantung dana asing kalau porsinya tinggi?
Sementara belakangan ini dari reksa dana. Reksa dana lokal itu kenaikannya lebih tinggi dibandingkan luar negeri. Tetapi tetap investor asing diperlukan untuk likuiditas. Reksa dana lokal yang berdiri di Indonesia berperan penting dibandingkan dari 1997 dan 1998 itu yang berpengaruh. Sekarang investor lokal terutama reksa dana punya majour lebih karena lebih pasar saham Indonesia.
Kenapa bisa memiliki pengaruh lebih besar?
Pertama pertumbuhan uang masyarakat di reksa dana. Mesti pertumbuhan reksa dana cepat tetapi sebenarnya belum terlalu banyak masyarakat Indonesia belum taruh uang banyak di reksa dana. 5-10 tahun ke depan pertumbuhan itu akan sangat cepat, peranan dari investor lokal di reksa dana akan terus bertambah. Contoh seperti Malaysia dan Thailand untuk investor lokal baik reksa dana dan ritel punya peranan penting di pasar saham negaranya. Di Indonesia, investor ritel masih belum terlalu besar. Reksa dana sudah cukup besar tapi masih bisa bertumbuh dibandingkan Malaysia. Di Indonesia masih kecil.
Ada kemungkinan pertumbuhan reksa dana di Indonesia makin besar?
Sangat besar. Tetapi juga harus ada reformasi regulasi untuk menunjang regulasi terutama dana pensiun. Regulasinya harus diubah agar encourage dana pensiun untuk berinvestasi di saham untuk diperbolehkan menjual saham pada dengan rugi. Sementara ini banyak dana pensiun ragu-ragu masuk ke investasi bursa saham karena tidak boleh jual rugi. Sedangkan di negara lain itu diperbolehkan.
Bicara tentang IHSG. Di kuartal I IHSG mampu tembus rekor, sentimen apa yang menjadikan IHSG cetak rekor?
Oke, pertama, reform terutama di bidang BBM. Jadi subsidi BBM dihapus terutama untuk gasoline. meskipun disel ada Rp 1.000. Itu tingkatkan confidence investor bahwa pemerintah melakukan investasi di infrastruktur menyebabkan indeks bertahap cetak rekor tertinggi.
Lalu meski cetak rekor tertinggi, apakah di valuasi saham sudah mahal?
Valuasi untuk Indonesia itu sekitar 1,5 lebih tinggi rata-rata dalam 8 tahun terakhir. Di bilang mahal tidak, dan dibilang tidak murah. Selagi kalau misalnya pemerintah bisa merealisasikan infrastruktur. Mereka spending ke infrastruktur. Saya rasa indeks bisa meningkat kembali meskipun menurut saya untuk kuartal I result kurang terlalu bagus perusahaan. Saya bicara dengan perusahaan-perusahaan di sektor riil semua alami perlambatan pertumbuhan bahkan turun. 10-20 persen selama kuartal I. Jadi saya lihat earning turun tetapi valuasi tidak turun akan sebabkan valuasi jadi lebih mahal.
Sentimen positif yang mendukung pertambahan laju IHSG?
Kalau dari sekarang hingga kuartal selanjutnya harus didukung eksekusi infrastruktur. Itu sangat pengaruh. Kalau eksekusi infrastruktur berjalan saya rasa indeks melaju kembali. Kalau kita tahu result kuartal I perusahaan in general buruk, adanya infrastruktur dan percepatan infrastruktur mendukung pertumbuhan dan private consumption dan nanti akan ada efek domino ke depan.
Valuasi bursa saham mahal apakah masih menarik untuk investor?
Kalau investor asing kita lihat biasanya lihat future 1-2 tahun mendatang. Mereka lihat tidak apa-apa valuasi mahal kalau ada earning growth bertumbuh cepat. Tahun depan jadi murah. Kalau ada reformasi di bidang infrastruktur, dan lain-lain untuk mendukung Indonesia dukung jadi ekspor manufakturing buat pasar saham akan sentuh rekor.
Dengan pencabutan subsidi BBM, apakah neraca perdagangan lebih baik?
Kalau neraca perdagangan ada sedikit perbaikan. Karena impor untuk refund olahan berkurang karena kita tahu permintaan BBM itu sebenarnya bukan permintaan yang riil demand. Karena itu sebagian diselundupkan ke luar negeri di jual biasanya. Dengan naik market price itu berkurang permintaan. Neraca lebih baik. Saya lihat produksi minyak Indonesia juga meningkat karena blok Cepu bertambah dua kali lipat. Kedua, karena dengan Petral dibubarkan itu kalau lihat dari neraca perdagangan itu lebih efisien. Harga-harga dichart Petral itu berkurang. Ekspor minyak kita harganya jauh lebih tinggi dan impor jadi murah. Lihat dari data kuartal I itu sangat signifikan perubahannya signifikan. Dengan tidak ada Petral itu improve sekali.
Dengan baiknya neraca perdagangan apakah ini berpengaruh ke nilai tukar rupiah, neraca perdagangan baik tetapi rupiah belum baik?
Karena demand terhadap dolar masih tinggi di Indonesia. Karena ketidakseimbangan permintaan terhadap ketersediaan dolar masih timpang. Ini lebih kepada struktur ini tidak akan membaik sampai Indonesia. Dua hal harga komoditas naik. Kedua, Indonesia punya sumber alternatif ekspor dari manufaktur. Tetapi manufaktur ekspor tidak dapat dilakukan sampai infrastruktur baik. Akan 5-10 tahun ke depan. Sementara ini Rupiah masih ada tekanan unless harga komoditas naik.
Jadi ada dua faktor itu tadi harga komoditas baik dan infrastruktur diperbaiki. Apakah ada faktor lainnya?
Saya rasa itu mungkin dengan meningkatkan pasar obligasi korporasi Indonesia. Karena kalau tidak perusahaan-perusahaan Indonesia lebih sering pinjam dengan dolar.
Apakah Rp 13 ribu itu level ideal?
Saya rasa sementara itu level ideal.
Sampai kapan rupiah ini melemah, apakah 5-10 tahun ke depan masih seperti ini?
5-10 tahun ke depan kalau Indonesia lakukan reformasi infrastruktur rupiah bisa menguat. Kalau tidak sulit. Dalam waktu jangka dekat 1-2 bulan ini rupiah akan underpressure karena ada pembagian dividen. Dividen repatriasi foreign investor dapat dividen dari Indonesia bawa uangnya dari Indonesia. (Ahm/)
Â