Dalam 1 Dekade, 115 Perusahaan Pengolahan Perikanan Gulung Tikar

Pada 2003 terdapat 985 ribu rumah tangga pembudidaya ikan. Sedangkan pada 2013 mengalami peningkatan hingga menjadi 1,2 juta rumah tangga.

oleh Septian Deny diperbarui 18 Mei 2015, 20:46 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2015, 20:46 WIB
Nelayan

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, sebanyak 115 perusahaan pengolah perikanan gulung tikar. Hal ini terjadi pada periode 2003 hingga 2013 lalu. Perusahaan yang tutup tersebut bersamaan dengan penurunan jumlah nelayan pada periode yang sama.

"Jadi budidaya naik dari 985 ribu ke 1,2 juta dari 2003 ke 2013. Tapi nelayan kita turun jumlahnya dari 1,6 juta, menjadi 864 ribu. Itu separuhnya dan dari 10 tahun itu juga perusahaan yang bangkrut di perikanan atau pengolahan ada 115 perusahaan," ujarnya di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta Pusat, Senin (18/5/2015).

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin membenarkan hal tersebut. Menurut dia, rumah tangga budidaya ikan pada periode 2003 hingga 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Pada 2003 terdapat 985 ribu rumah tangga pembudidaya ikan. Sedangkan pada 2013 mengalami peningkatan hingga menjadi 1,2 juta rumah tangga. Ini merupakan hasil pendataan lengkap dari seluruh Indonesia, dari pesisir dan rumah ke rumah.

"Ini dari rumah tangga budidaya ikan yang berbagai jenis. Kita punya data dan populasinya," kata dia.

Suryamin mengungkapkan, hasil data penyisiran yang dilakukan oleh BPS, rumah tangga budidaya ikan yang paling banyak yaitu usaha budidaya kolam air tawar yang mencapai 844,2 ribu rumah tangga.

"Rumah tangga budidaya ikan itu klasifikasinya adalah di tambak ikan air payau, di laut dan dikolam air tawar, kita punya populasinya. Dan ini karena hasil penyisiran secara lengkap, jadi kita tahu ini sampai ke wilayah terkecil. Sampai ke desa. Yang paling banyak, budidaya di kolam air tawar sebesar 844,2 ribu," tandasnya. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya