Liputan6.com, Jakarta - Menanggapi jatuhnya harga tomat dalam sebulan terakhir, Kementerian Perdagangan telah memanggil pelaku usaha pengolahan dan juga peritel.  Pemanggilan tersebut dilakukan agar industri pengolahan dan industri ritel bisa menyerap lebih banyak hasil panen tomat dari petani sehingga bisa mendongkrak harga.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Srie Agustina menjelaskan, kementerian telah memanggil pelaku usaha pengolahan untuk menanggulangi turunnya harga tomat.
"Kami sudah melakukan rapat koordinasi dengan industri olahan. Ada Heinz ABC Indonesia, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Wings Food Indonesia dan beberapa lainnya. Indofood sudah memberikan komitmen untuk menyerap 5 ton tomat. kebutuhannya mereka memang sebesar itu. ABC dan Wings mengkaji kemungkinan untuk dibuat pasta," jelasnya kepada Liputan6.com, Minggu (16/8/2015).Â
Selain itu, Kementerian Perdagangan juga telah memanggil pelaku usaha di sektor ritel agar bisa menyerap hasil panen petani tomat di berbagai daerah. Srie melihat, harga tomat di pasar swalayan cukup stabil dan tinggi, diharapkan dengan serapan yang dilakukan oleh pengusaha ritel yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bisa ikut membantu petani agar tidak merugi.
"Di Hypermart harga tomat masih Rp 8.000 per kilogram (kg). Diharapkan tomat dapat diserap mereka dan menjualnya di gerai." tambah Srie.Â
Sri melanjutkan, dari dalam Kementerian Perdagangan sendiri juga akan ikut menyerap hasil panen petani tomat dan berencana menyelenggarakan pasar tomat di beberapa Kementerian."Membuat pasar murah tomat di beberapa Kementerian dalam waktu dekat ini," tuturnya.Â
Harga komoditas pangan tomat justru mengalami penurunan yang cukup dalam. Terhitung usai Hari Raya Idul Fitri pada pertengahan bulan lalu hingga saat ini, harga tomat di pasar tradisional Jakarta mengalami penurunan kurang lebih Rp 5.000 per kilogram (kg).
Salah seorang pedagang sayur di Pasar Mampang, Jakarta Selatan, Ade menjelaskan, harga tomat terus mengalami penurunan dalam satu bulan terakhir. Usai Hari Raya Idul Fitri, harga tomat ada di kisaran Rp 8.000 per kg. Namun saat ini anjlok. "Sekarang sudah Rp 3.000 per kg, turun dari sebulan yang lalu" kata Ade kepada Liputan6.com, Minggu (16/8/2015). Ade mendapat pasokan tomat dari petani di Pengalengan, Bandung.
Hal yang saja juga dialami oleh Tuti (53), pedagang di Pasar Palmerah, Jakarta Selatan. Tuti saat ini menjual tomat dengan kualitas super di harga Rp 8.000 per kg. Pada pekan lalu, ia menjual tomat dengan harga Rp 10.000 per kg. "Kalo seminggu setelah puasa itu harganya masih mahal, masih di Rp 12.000 per kg," jelasnya.
Tuti mengambil tomat dari pasar Induk Kramat Jati, Jakart Timur. Setiap kilogramnya, ia tidak mengambil untuk terlalu besar yaitu maksimal Rp 500 per kg. "tergantung kualitasnya, kalau tidak cacat sama besar-besar itu mahal, kalo yang kecil ya dikit ngambil untungnya," ungkapnya.
Sebelumnya, para petani tomat di Garut, Jawa Barat, lebih memilih untuk membuang tomat hasil panen ke sungai. Hal tersebut dilakukan karena harga jual tomat di level petani anjlok.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang, Kamis (13/8/2015), Nanang Sutedja, Petani tomat Garut mengatakan harga jual tomat di tingkat petani saat ini di lisaran Rp 100 per kilogram (kg) hingga RP 200 per kg. Harga tersebut turun drastis jika dibandingkan dengan sebelumnya yang berada di angka Rp 3.000 per kg.
Advertisement
Ia mengaku rugi jika menjual tomat hasil panen dengan harga RP 200 per kg. Pasalnya, harga tersebut tidak bisa menutupi biaya angkut ke pasar.Â
Aksi membuang tomat bukan hari ini saja, melainkan telah dilakukan sejak beberapa hari yang lalu. Murahnya harga tomat tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan petani untuk obat-obatan dan pupuk. Panen serempak yang tak diimbangi dengan meningkatnya permintaan membuat harga komoditi ini jatuh.
Petani berharap pemerintah bisa membantu kesulitan petani terkait murahnya harga. (Ilh/Gdn)