Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Emil Salim menyarankan pemerintah untuk mengetatkan ikat pinggang dengan menghemat dolar Amerika Serikat (AS). Bila dolar ASÂ terus keluar dari dalam negeri, maka Rupiah akan terus terpuruk.
"Pokoknya sekarang dalam keadaan kita menghadapi persoalan dolar, lebih baik ikat pinggang dikencangkan. Mari kita hemat dolar AS," kata Emil, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (1/9/2015).
‎"Mari kita sama-sama menangani tantangan yang dihadapi dengan dolar out flow banyak sehingga memukul nilai tukar Rupiah. Itu sebabnya kenapa nilai tukar Rupiah kita naik," tambah dia.
Advertisement
Nilai tukar Rupiah masih berkutat di level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa 1 September 2015. Rupiah diperkirakan mampu menguat pada perdagangan hari ini jika data inflasi sesuai dengan perkiraan analis.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka di level 14.061 per dolar AS. menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yang berada di level 14.067 per dolar AS. pada perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.056 per dolar AS hingga 14.097 per dolar AS.
Sedangkan data RTI, pada perdagangan hari ini nilai tukar rupiah melemah 0,04 persen ke level 14.089 per dolar AS.
Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, pada secara teknikal, pada perdagangan kemarin rupiah mampu menguat karena pelemahan dolar AS di pasar Asia. Harga-harga komoditas yang naik cukup tinggi pada perdagangan kemarin mampu mengembalikan rupiah ke ke posisi bawah 14.000 per dolar AS.
"Sentimen positif sepertinya mulai kembali setelah sebelumnya terus mengalami tekanan akibat anjloknya saham di AS dan juga China," ujar Samuel.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 13,19 persen menjadi 14.081 pada 1 September 2015 dari periode 31 Desember 2014 di kisaran 12.440. (Silvanus A/Ahm)