Emil Salim Sebut Tak Perlu Marah Terhadap Laporan JP Morgan

Emil Salim juga mengimbau agar pemerintah Indonesia dapat mengurangi ketergantungan penggunaan dolar AS terutama soal proyek.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 31 Agu 2015, 20:03 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2015, 20:03 WIB
Pesan Emil Salim Pada Wantimpres yang Baru
Ketua Wantimpres pemerintahan SBY, Emil Salim meminta wantimpres untuk tidak bersikap "asal bapak senang" saat serah terima jabatan Dewan Pertimbangan Presiden di Kantor Wantimpres Jakarta, Selasa (3/2/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Rekomendasi perusahaan investasi global, JP Morgan terhadap prospek surat utang Indonesia menuai kritikan tajam dari sejumlah pihak. Namun tidak dengan Mantan Menteri era kepemimpinan Soeharto, Emil Salim.

Dalam Seminar ISEI di Gedung Kementerian Keuangan, Emil mengimbau kepada pemerintah maupun Lembaga ataupun Otoritas terkait untuk tidak menghujani JP Morgan dengan kemarahan.

"Kalau sikap pejabat yang benar itu tidak marah dengan perkataan JP Morgan, tidak perlu mengkritik. Lebih baik cari penyebabnya, itu yang penting," kata dia, Senin (31/8/2015).

Dia mengatakan, Indonesia menerbitkan surat utang ratusan juta dolar AS sebagai sumber pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dikhawatirkan kocar kacir akibat kebijakan penyesuaian tingkat suku bunga The Federal Reserve.

"Kita menghadapi bank-bank yang perlu injeksi modal, kalau memang benar krisis, apa yang bisa dilakukan. Tangani bank-bank yang kekeringan likuiditas," tegas Ekonom Senior ini.

Emil mengatakan, pemerintah harus menunjukkan keseriusannya untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia, terutama mengangkat kembali kurs rupiah. Bahkan dia mengusulkan cara ekstrem agar Indonesia bisa mengurangi ketergantungan dolar AS.

"Stop proyek-proyek yang hampir seluruhnya dibiayai dolar AS, moratorium gedung-gedung baru, karena di kabupaten di daerah, yang paling banyak terlihat bangun gedung kantor pakai dolar AS. Ini perlu dilakukan untuk memulihkan kredibilitas dan kepercayaan kita," terang dia.  (Fik/Ahm)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya