Setahun Jokowi-JK, Pemimpin RI Dinilai Punya Nyali Besar

Duet kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) diwarnai banjir pujian dari para menterinya.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 20 Okt 2015, 19:32 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2015, 19:32 WIB
1 tahun jokowi JK
1 tahun jokowi JK

Liputan6.com, Jakarta - Duet kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) diwarnai banjir pujian dari para menterinya, termasuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli. Dia menilai sosok Jokowi JK yang punya nyali untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik.

"Mau mengubah Indonesia harus punya militansi. Memang Presiden kita banyak plus minusnya, tapi paling penting Presiden Jokowi punya nyali. Apalagi pendukungnya (relawan), nyalinya berlebih," kata Rizal saat menghadiri Forum Rembug Nasional Peringatan Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Waroeng Solo, Jakarta, Selasa (20/10/2015).

Pujian itu bukan tanpa alasan. Ia membeberkan buktinya bahwa Jokowi benar-benar mempunyai nyali untuk mengurus bangsa ini. Salah satunya saat peringatan Hari Ulang Tahun ke-70 Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 5 Oktober lalu. Dalam upacara kemiliteran ini, Jokowi memerintahkan penggunaan senjata atau amunisi tajam untuk menunjukkan keandalan TNI maupun perlengkapan alutsista Negara ini.

"Apa buktinya? Semua amunisi tajam, kapal perang nembakin bom itu pakai yang beneran, bukan palsu‎. Saat nembakin misil atau rudal itu juga sungguhan. Alat tempur juga menggunakan peluru tajam, pilot Sukhoi dan pesawat tempur lain terbang berdekatan. Ini belum pernah sepanjang sejarah di dunia, upacara militer diperkenankan pakai peluru tajam. Jokowi yang minta sendiri," terangnya.

Dijelaskan ‎Rizal, larangan penggunaan peluru tajam dalam upacara kemiliteran sebuah negara muncul paska Presiden Mesir ke-3 Anwar Sadat yang tewas ditembak dalam sebuah parade militer oleh anggota tentara anggota Jihad Islam pada 6 Oktober 1981.

"Sejak saat itu, seluruh upacara militer tidak boleh pakai peluru tajam. Kalau salah nembaknya 5 derajat, tenda tempat elitnya habis itu elit Indonesia. Tapi mungkin ada bagusnya juga (nyasar), karena banyak elitnya yang brengsek," tegas Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya