Harga Minyak Rendah, Arab Saudi akan 'Bangkrut' dalam 5 Tahun

Harga minyak mentah yang terus turun membuat negara-negara di Arab bakal kehabisan uang dalam beberapa tahun ke depan.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 02 Nov 2015, 12:15 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2015, 12:15 WIB
Dolar Menguat, Harga Minyak Sentuh Level US$ 50
Penguatan dolar dan produksi minyak Rusia serta ekspor Irak tinggi membuat harga minyak dunia merosot 5 persen.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah yang terus turun membuat negara-negara di Arab bakal kehabisan uang dalam beberapa tahun ke depan.

Menurut laporan dari International Monetary Fund (IMF) pekan ini, jika harga tetap berada di sekitar US$ 50 per barel, dalam 5 tahun lagi negara-negara tersebut bakal kehabisan anggaran. termasuk Arab Saudi sebagai pemimpin OPEC juga Oman dan Bahrain.

IMF juga menyebut seperti dilansir dari CNN Money, Senin (2/11/2015), rendahnya harga minyak bakal menyapu uang kawasan tersebut sekitar US$ 360 miliar. Anggaran yang besar dalam waktu yang cepat, langsung berubah menjadi defisit karena anjloknya harga minyak ke angka US$ 45. dari harga US$ 100 pada tahun lalu.

"Negara pengekspor harus menyesuaikan pengeluarannya dan kebijakan pendapatan untuk menjamin keberlangsaungan fiskal," kata IMF.

Negara produsen minyak terbesar, Saudi Arabia menurut perkiraan IMF mau tidak mau harus menjual minyak di angka US$ 106 jika ingin mengamankan anggarannya. Arab diperkirakan hanya punya anggaran yang cukup hingga 5 tahun jika harga minyak tetap di angka sekitar US$ 50. Itu sebabnya negara ini bergerak cepat untuk menjaga keuangan.

Kerajaan ini tak hanya menerbitkan surat utang US$ 4 miliar untuk mendapatkan dana, tapi juga bank sentral telah menarik US$ 70 miliar dari perusahaan manajemen aset sepetti Balckrock dalam 6 bulan terakhir.

Setelah bertahun-tahun mengalami surplus, defisit transaksi berjalan (current account defisit) Arab Saudi diperkirakan akan lompat hingga 20 persen dan GDP tahun ini.

Arab Saudi tampaknya tidak akan mendongkrak target penerimaan pajak, tapi mereka siap untuk memangkas beberapa pengeluaran.

Kondisi tak jauh berbeda dengan negara seperti Iran dan Irak. Iran akan mengalami impas jika harga minyak berada di level US$ 72, dan bisa bertahan kurang dari 10 tahun.

Di tengah keterpurukan negara-negara tersebut, negara lain di Arab masih merasa aman meski harga minyak berada di level rendah, yakni Uni Emirat Arab (UAE), Kuwait dan Qatar. Ketiga negara tersebut bisa bertahan lebih dari 10 tahun meski harga minyak di level US$ 50 sekali pun.

IMF menyebutkan, Kuwait akan mengalami impas jika harga minyak berada di level US$ 49, sementara Qatar akan impas di level US$ 56 dan UAE di US$ 73.

Tapi negara-negara ini punya anggaran yang menggunung sehingga bisa melindungi mereka selama harga minyak berada di level rendah. UAE dengan harga minyak US$ 50 akan bertahan selama 30 tahun, sementara Qatar dan Kuwait bisa bertahan 25 tahun selama harga minyak murah. (Zul/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya