Makanan Pakai Boraks Diminta Masuk Kejahatan Luar Biasa

Ini karena pengusaha melihat dampak buruk yang ditimbulkan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan berbahaya.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Nov 2015, 15:48 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2015, 15:48 WIB
20151110-Daya Beli Masyarakat Menurun, Perajin Tahu Kurangi Jumlah Produksi-Jakarta
Perajin mengolah kedelai untuk dijadikan tahu di industri rumahan di Jakarta, Selasa (10/11). Menurunnya daya beli masyarakat menyebabkan sejumlah rumah produksi tahu menurunkan produksinya dari 100 kg/hari menjadi 70 kg/hari. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha meminta agar pemerintah memasukan tindak penyalahgunaan bahan berbahaya dalam makanan minuman masuk ke dalam kejahatan luar biasa (extraordinary crime).

Ini karena pengusaha melihat dampak buruk yang ditimbulkan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan berbahaya.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, penggunaan bahan berbahaya ke dalam produk makanan dan minuman seperti boraks dan formalin di Indonesia patut menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah.

"Selama ini kan masalah penyalahgunaan bahan-bahan yang berbahaya itu masih belum terlalu serius," ujar dia di Menara Kadin, Jakarta, Senin (16/11/2015).

Menurut Suryo, selama ini penggunaan kedua bahan berbahaya tersebut kerap ditemukan dalam makanan dan minuman sebagai pengawet. Namun, sanksi hukum yang diberikan kepada pelakunya dinilai belum memberikan efek jera.

"Selama ini seperti narkoba dikategorikan extraordinary crime, penyalahgunaan dianggap masih belum seperti suatu siklus, perlu dianggap extraordinary crime," kata dia.

Terkait keinginan ini, Kombespol Purwadi Arianto mengatakan, status extraordinary crime tidak bisa begitu saja disematkan pada tindak penggunaan bahan berbahaya dalam produk makanan dan minuman. Pasalnya pengenaan status ini memerlukan kesepakatan antara negera.

"Extraordinary crime itu harus berdasarkan kesepakatan bersama negara-negara dan sejauh ini hanya narkotika dan teroris," tandas dia. (Dny/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya