Olahan Rumput Laut, dari Dodol hingga Cat Pesawat

Salah satu daerah yang sedang didorong untuk mengembangkan rumput laut adalah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

oleh Mevi Linawati diperbarui 27 Nov 2015, 11:15 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2015, 11:15 WIB
Kisah Petani Rumput Laut Lombok
Perairan di Lombok Timur,NTB adalah surga bagi rumput laut. Di salah satu sudut, Iskandar Ismail tengah memeriksa rumput-rumput kenyal itu. (Mevi Linawati/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi rumput laut pada 2015 mencapai 10,6 juta ton. Sedangkan realisasi produksi rumput laut hingga kuartal III 2015 telah mencapai 7,43 juta ton. KKP juga menggenjot besar-besaran produksi rumput laut pada tahun depan.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, mengatakan Kementerian akan terus mendorong pembudidaya rumput laut untuk mengembangkan produksi, sehingga bisa menjadi sumber penghasilan yang memberikan kesejahteraan.

"Produknya bisa diolah macam-macam, cat pesawat terbang juga dari rumput laut. Begitu juga dengan aspal. Ke depan lebih banyak manfaatnya dan akan terus digunakan, tidak akan berhenti sehingga menjadi komoditas unggulan," ujar Slamet Soebjakto, seperti ditulis Jumat (27/11/2015).

Pria yang kerap disapa Toto itu mengatakan salah satu daerah yang sedang didorong untuk mengembangkan rumput laut adalah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Untuk daerah tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan menganggarkan dana Rp 680 juta pada tahun ini. Untuk tahun depan dana yang dianggarkan melonjak menjadi Rp 2,9 miliar.

"Uang itu kita harapkan untuk pengembangan rumput laut dan kesejahteraan masyarakat," ucap dia.


Namun demikian, dia meminta pembudidaya untuk memperhatikan mutu dan kualitas rumput laut setelah panen. Rumput laut sebaiknya dijemur di para-para (wadah untuk menjemur rumput laut) dan jangan dijemur di pasir karena bisa menurunkan kualitas. Dia juga meminta petani memiliki alat pengukur kadar air dan kotoran, sehingga tidak dibodohi pengepul dan memiliki daya tawar.

"Menanam rumput laut itu mudah karena tidak perlu diberi makan dan sekarang kita mengembangkan kultur jaringan untuk jenis cottonii," kata Toto. Toto mengatakan KKP juga mendorong pengolahan rumput laut meningkat. Sudah ada PT Agarindo yang mengolah rumput laut, tapi KKP ingin ada pemain baru dalam pengelolaan industri tersebut.

Dia mengakui ada kesulitan dalam pengolahan rumput laut. Rumput laut agak spesifik dan pabrik pengolah harus bisa membina pembudidayanya. Selain itu, harus ada kemitraan dan bapak angkat agar tetap menguntungkan.

"Agarindo membina di daerah Bantaeng, Janeponto, termasuk Brebes. Hanya sekarang produk melimpah, sehingga yang dibutuhkan adalah gudang dan pembeli," kata dia.

Toto mengatakan untuk gudang, KKP mengajak Bulog untuk bisa menyimpan rumput laut. Koperasi pembudidaya di rumput di Makassar juga akan bekerja sama dengan Bank Jabar untuk resi gudang, tapi pembudidayaannya oleh koperasi-koperasi.

Lokasi resi gudang itu nantinya di dekat tempat produksi. Misalnya, kata dia, di Makassar, NTB, NTT, Ambon, Kalimantan, dan kawasan lain. "Idealnya di situ juga ada pabrik karena cost angkutan nanti menjadi mahal, sehingga harus didekatkan di kawasan budidaya," kata dia.

Wakil Gubernur NTB Haji Muhammad Amin mengatakan budi daya rumput laut merupakan program unggulan wilayahnya. Karena dari segi percepatan tanaman rumput laut sangat cepat, sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Rumput laut jenis konsumsi sudah dikembangkan panganan seperti dodol, manisan, agar-agar, hingga aneka pangan bahan rumput laut.

"Non-konsumsi akan dibangun unit pengolahan kosmetik dengan bahan rumput laut. Kami punya 43 hotel berbintang yang punya fasilitas spa yang bisa memanfaatkan bahan dari rumput laut, sehingga pembudidaya tertarik dengan pengembangan. Belum hotel lainnya," kata dia. (Mvi/Gdn)**

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya