Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah melanjutkan penurunannya pada perdagangan Kamis hampir menyentuh level terendah dalam tujuh tahun Kurs dolar pn menguat.Â
Bensin berjangka AS adalah satu-satunya titik terang pada golongan minyak bumi, reli di tengah kekhawatiran pemadaman kilang dan kemungkinan pemangkasan produksi.
Advertisement
Minyak berjangka Brent Brent dan minyak mentah AS untuk West Texas Intermediate (WTI) anjlok pada untuk hari keempat berturut-turut di lanjutan dampak dari pertemuan OPEC pekan lalu. Data pemerintah mengenai persediaan pun tidak cukup mengesankan, hal otu jjuga berpengaruh pada penurunan.
Advertisement
Seperti dilansir dari Reuters, Jumat (11/12/2015), dalam laporan terbaru bulanan pada hari Kamis, Organisasi Negara Pengekspor Minyak memperkirakan bahwa pasokan minyak dari negara-negara luar kelompok - termasuk Amerika Serikat dan Rusia - akan turun 380.000 barel per hari (bph) tahun depan, tiga kali lebih dari yang diharapkan sebelumnya .
Meskipun begitu, OPEC meninggalkan proyeksinya untuk permintaan minyak dunia 2016 tidak berubah pada 1,25 juta barel per hari. Dikatakan produksi dari kelompok itu meningkat sebesar 230.000 barel per hari pada bulan November 31,7 juta barel per hari.
Laporan OPEC "jatuh dengan mudah dengan banyak harapan," tutur Jim Ritterbusch konsultasi minyak yang berbasis di Chicago Ritterbusch & Associates, menjelaskan kurangnya dampak positif.
Dia juga mengatakan penurunan mingguan sebesar 3,6 juta barel dalam stok minyak mentah AS yang diumumkan oleh pemerintah pada Rabu dipandang sebagai refiner de-stocking sebelum akhir tahun pajak AS.
Minyak acuan Brent turun 57 sen menjadi US$ 39,54 hampir menyentuh level terendah dalam tujuh tahun di US$ 39,50.
WTI turun 45 sen ke US$ 36,71 per barel, setelah mencapai Februari 2009 rendah US$ 36,52.
Dolar naik untuk pertama kalinya dalam tiga hari, membuat komoditas dalam mata uang greenback kurang terjangkau bagi pengguna euro dan mata uang lainnya. (Zul/Ndw)