Liputan6.com, Jakarta - Minyak berjangka AS menetap lebih rendah pada hari Jumat setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa kelebihan pasokan global minyak mentah bisa lebih buruk tahun depan.
Brent dan West Texas Intermediate (WTI) minyak mentah berjangka AS turun sebanyak 5 persen sehari dan 12 persen dalam sepekan karena cuaca musim dingin ditambah kinerja saham AS mendorong penurunan harga minyak.
Pedagang minyak dan analis bingung oleh intensitas penurunan, datang tepat seminggu setelah 4 Desember pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) semua tapi tidak memerdulikan dukungan harga minyak mentah setelah menghapus batas produksi dalam kelebihan pasokan.
Advertisement
Laporan IEA telah menempatkan tekanan jual lebih lanjut pada pasar yang sudah tenang. Bulan-bulan lalu benar-benar telah memukul sedikit lebih sulit daripada waktu ke depan setelah laporan menghilangkan pikiran bahwa pemulihan harga tak akan lama lagi," ujar Peter Donovan, broker at Liquidity Energy in New York dilansir dari CNBC, Sabtu (12/12/2015).
Minyak acuan berjangka Brent tergelincir di bawah US$ 38 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2008. terakhir diperdagangankan dengan harga di US$ 37.94 per barel, turun 4,5 persen.
Brent sempat menyentuh US$ 37,36 - hampir dolar di atas $ 36,20 hit selama krisis keuangan. Jika jatuh melalui itu, menyentuh level terendah sejak Juni 2004, ketika diperdagangkan di sekitar US$ 34 per barel.
WTI masuk ke level US$ 35 wilayah untuk pertama kalinya sejak Februari 2009. menetap di US$ 35,62 per barel, turun 3,1 persen, atau US$ 1,14. Harga pada krisis keuangan 2008 berada di US$ $ 32,40 pada Desember 2008.
Pasar dikupas kerugian hanya sedikit setelah data menunjukkan pengeboran minyak memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi di negara itu selama seminggu, 14 dari 15 untuk setidaknya sejak April 2010.