Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk berhasil mencatatkan laba bersih setelah dipotong biaya pencadangan sebesar Rp 9,1 triliun pada 2015 lalu. Angka itu menurun jika dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya yang tercatat Rp 10, 8 triliun. Meski laba turun, sebenarnya kinerja penyaluran kredit BNI tetap menanjak.
Direktur BNI, Rico Rizal Budidarmo mengungkapkan, sepanjang 2015 penyaluran kredit perseroan tumbuh sebesar 17,5 persen menjadi Rp 326,1 triliun dari tahun 2014 yang tercatat Rp 277,6 triliun.
"Pada tahun 2015 BNI berhasil mengoptimalkan fungsi intermediasi ke berbagai segmen usaha di Indonesia ditengah kondisi ekonomi yang kurang kondusif," kata dia di kantornya, Senin (25/1/2016).
Baca Juga
Rico menjelaskan kredit BNI pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan dari berbagai segmen. Pada segmen bussiness banking yang meliputi korporasi, BUMN, usaha menengah dan kecil, kredit berhasil tumbuh sebesar 15,3 persen menjadi Rp 231,1 triliun dibandingkan tahun 2014 yang hanya mencapai Rp 200,4 triliun.
Adapun komposisi pinjaman pada segmen business banking terdiri dari usaha menengah dan kecil sebesar 28,6 persen, BUMN 17,7 persen, dan pembiayaan anak perusahaan cabang luar negeri sebesar 11,5 persen.
Di segmen konsumer, BNI juga berhasil menjaga momentum pertumbuhan kredit sebesar 10,6 persen menjadi Rp 57,5 triliun dibandingkan tahun 2014 yang hanya mencapai Rp 52 triliun.
Komposisi pinjaman pada segmen konsumer terdiri dari kredit kepemilikan rumah sebesar 60,2 persen, kemudian diikuti oleh kartu kredit 17 persen, kredit konsumer lainnya 15,8 persen serta flexi sebesar 16,8 persen.
Dari laporan kinerja perusahaan, pertumbuhan kredit ini didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 18 persen dari Rp 313,9 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp 370,4 triliun. Selain itu, rasio kecukupam modal atau capital adequacy ratio (CAR) cukup terjaga yaitu di level 19,5 persen, naik jika dibanding tahun sebelumnya yang ada di level 16,2 persen.
Alhasil, berbagai pencapaian yang telah dilakukan, maka aset perseroan di tahun 2015 tumbuh hingga 21,1 persen menjadi Rp 508,6 triliun dibandingkan tahun 2014 sebesar Rp 416,6 triliun. (Yas/Gdn)