Investor AS Siap Kembangkan Pembangkit Listrik di RI

Perusahaan AS berminat bangun software monitoring center untuk melakukan digitalisasi pembangkit listrik.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 20 Feb 2016, 16:00 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2016, 16:00 WIB
20151217-Sistem-Kelistrikan-Jakarta-AY
Pekerja tengah memasang Trafo IBT 500,000 Kilo Volt di Gardu induk PLN Balaraja, Banten, Kamis (16/12). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan kelistrikan ternama Amerika Serikat (AS) menyampaikan minatnya untuk membangun software monitoring center di Indonesia.

Software monitoring center ini akan berfungsi dalam melakukan digitalisasi pembangkit listrik hingga 10 GW.

Minat tersebut disampaikan dalam kunjungan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani ke San Fransisco, Amerika Serikat saat mendampingi Presiden Joko Widodo.
Franky mengemukakan, digital power plant akan membutuhkan banyak engineers dan akan menjadi salah satu pusat digital center yang terbesar di luar AS.

"Ini proyek yang sangat strategis dan sejalan dengan pernyataan Presiden untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat perekonomian digital di ASEAN," ujar dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/02/2016).

Presiden Jokowi dalam lawatannya ke San Fransisco menghadiri KTT ASEAN serta mengunjungi beberapa perusahaan teknologi informasi. Ia menargetkan, Indonesia dapat menjadi pusat ekonomi digital pada 2020.

Hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan aset yang dimiliki oleh Indonesia berupa kelas menengah yang terus meningkat, pertumbuhan bisnis e-commerce serta maraknya bisnis start-up yang terus berkembang.

Franky menuturkan, investor yang berminat untuk membangun digitalisasi pembangkit listrik tersebut telah memiliki entitas perusahaan di Indonesia, sehingga komunikasi yang telah dilakukan di Amerika Serikat nantinya akan ditindaklanjuti dengan perwakilan yang ada di Indonesia.

"Apalagi pemerintah telah mencanangkan untuk membangun infrastruktur pembangkit listrik sebesar 35 ribu MW," lanjutnya.

Lebih lanjut, Franky menjelaskan digitalisasi pembangkit listrik tersebut akan membuat fungsi pembangkit listrik layaknya seperti baterai sehingga lebih efisien dan dapat menghemat triliunan rupiah.

Dalam situs perusahaan disebutkan perusahaan telah mengerjakan proyek digital wind farm, dengan nilai penghematan mencapai US$ 100 juta.

Dalam pertemuan dengan Franky, perusahaan AS tersebut juga menyampaikan beberapa perkembangan bisnis di Indonesia termasuk perkembangan kerja sama dengan BUMN kereta api maupun BUMN kelistrikan di Indonesia.

Investor tersebut juga menyinggung mengenai kerja sama bisnisnya dengan salah satu maskapai nasional. Perusahaan AS tersebut merakit mesin untuk 147 pesawat milik maskapai penerbangan nasional.  

Franky mengakhiri kunjungannya dari San Fransisco, Amerika Serikat dan tiba di Indonesia pada 19 Februari 2016. Selama kunjungannya ke Amerika Serikat, Franky melakukan one on one meeting dengan beberapa perusahaan yang berminat untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Franky juga mendampingi Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke markas Facebook. Selain itu, Franky juga mengikuti Minister Round Table Meeting serta pertemuan Diaspora di San Fransisco, Amerika Serikat.

Amerika Serikat tergolong negara prioritas pemasaran investasi, dari data yang dimiliki oleh BKPM pada tahun 2015, nilai realisasi investasi AS mencapai US$ 893 juta terdiri dari 261 proyek dengan didominasi oleh sektor-sektor pertambangan. Dari sisi komitmen tercatat masuknya komitmen US$ 4,8 miliar terdiri dari 76 proyek.

"BKPM akan terus mengawal minat-minat investasi dari AS ini untuk segera direalisasikan," ujar dia. (Yas/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya