AS Kalahkan China Soal Realisasi Komitmen Investasi di RI

Investor Amerika Serikat (AS) merealisasikan investasi US$ 8,2 miliar atau setara 50 persen dari total komitmen US$ 16,4 miliar.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 18 Feb 2016, 14:35 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2016, 14:35 WIB
20160204-Raker-Jakarta-Agung-Gede-Thomas-Lembong-AY
Kepala BKPM, Franky Sibarani saat menghadiri raker dengan Komisi VI DPR, Jakarta, Kamis (4/2). Raker yang seharusnya membahas MEA Trans Pacific Partnership, Globalisasi, Gula, Beras, Garam harus Ditunda. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Investor Amerika Serikat (AS) merealisasikan separuh dari komitmen investasi yang dimilikinya dalam periode 2010-2015.

Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan rasio investasi China yang kurang dari 10 persen, namun sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan rasio realisasi Korea Selatan dan Jepang yang berada di kisaran 60-70 persen.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyampaikan komitmen investasi yang ditunjukkan melalui izin prinsip sejak 2010-2015 tercatat mencapai angka US$ 16,4 miliar.

Dari jumlah komitmen tersebut, Franky menambahkan investor AS merealisasikan US$ 8,2 miliar atau setara dengan 50 persen dari total komitmen.

"Rasio realisasi dan komitmen ini akan ditingkatkan lebih terutama untuk mendorong komitmen-komitmen yang jumlahnya mencapai US$ 8 miliar lebih tersebut untuk dapat segera direalisasikan," ujar dia dalam keterangan resmi kepada media, Kamis (18/2/2016).

Franky menuturkan, dari sisi sektor-sektor yang mendominasi di dalam komitmen investasi yang masuk di antaranya industri kimia dasar, refinery, perkebunan serta otomotif. Sementara untuk realisasi investasi sektornya didominasi oleh pertambangan, pembangkit listrik, otomotif, serta industri ban.

"Dalam setahun terakhir kami melihat terjadi diversifikasi sektor yang positif yang sebelumnya mayoritas didominasi pertambangan, kini investasi AS di Indonesia jauh lebih beragam," ujar dia.

BKPM akan mengawal agar komitmen investasi yang sudah masuk dapat segera direalisasikan. Franky menambahkan, dalam pertemuan dengan perwakilan 16 kelompok usaha AS kemarin diketahui concern dari investor adalah persoalan impor bahan baku dan masalah kemudahan masuknya tenaga asing yang profesional untuk mendukung berkembangnya bidang-bidang usaha tertentu.

Menanggapi persoalan tersebut, Franky menjelaskan berbagai terobosan kebijakan pemerintah di bidang investasi. Di antaranya izin 3 jam yang salah satu produknya adalah IMTA dan RPTKA yang memungkinkan investor asing untuk dapat langsung merealisasikan investasinya.

Franky juga menjelaskan tentang terobosan kemudahan investasi langsung konstruksi yang memungkinkan investor di kawasan industri tertentu untuk langsung melakukan konstruksi.

Dalam kunjungan kerjanya pekan ini ke San Fransisco, Amerika Serikat, Franky juga mempromosikan mengenai revisi DNI yang memberikan keleluasaan investasi bagi investor asing yang berminat untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Sektor-sektor yang disampaikan secara rinci adalah perfilman, fasilitas pelabuhan, farmasi dan e-commerce.

Amerika Serikat tergolong negara prioritas pemasaran investasi, dari data yang dimiliki oleh BKPM pada tahun 2015, nilai realisasi investasi AS mencapai US$ 893,2 juta terdiri dari 261 proyek dengan didominasi oleh sektor-sektor pertambangan.

Untuk diketahui, BKPM pada tahun 2016 menargetkan capaian realisasi investasi bisa tumbuh 14,4 persen dari target 2015 atau mencapai Rp 594,8 triliun.

Realisasi ini dikontribusi dari PMA sebesar Rp 386,4 triliun atau naik 12,6 persen dari target PMA tahun lalu, serta dari PMDN sebesar Rp 208,4 triliun naik 18,4 persen dari target PMDN tahun lalu.

Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja pada 2016, BKPM menargetkan penyerapan 2 juta tenaga kerja.

Untuk mencapai target tersebut, BKPM menetapkan 10 negara prioritas termasuk di antaranya Amerika Serikat, Australia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, RRT, Timur Tengah, Malaysia, dan Inggris. (Yas/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya