Proyek Listrik 35 Ribu Mw Bisa Angkat Harga Batu Bara

Beroperasinya pembangkit yang masuk dalam program pemerintah tersebut dipastikan akan meningkatkan konsumsi batu bara.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Feb 2016, 15:16 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2016, 15:16 WIB
Batu Bara
(ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

Liputan6.com, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) memperkirakan harga batu bara akan kembali naik seusai Proyek Listrik 35 ribu Mega Watt (Mw) berjalan.

Wakil Ketua Umum Bidang Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Listrik Kadin Garibaldi Boy Thohir mengungkapkan, saat ini kondisi harga komoditas tambang ini memang memprihatinkan.

Namun dia yakin ke depan akan terjadi perbaikan. "Batu bara dalam kondisi memprihatinkan, tapi itu biasa dalam bisnis. Mungkin saat ini kontribusi agak turun, tapi di tahun-tahun mendatang agak positif," kata dia di Jakarta, Senin (22/2/2016).

Menurut dia, salah satu pemicu kenaikan harga batu bara adalah Proyek Kelistrikan 35 ribu Mw yang ditargetkan rampung di 2019. Sebab, dengan beroperasinya pembangkit yang masuk dalam program pemerintah tersebut dipastikan akan meningkatkan konsumsi batu bara di dalam negeri.

Ini karena mayoritas pembangkit 35 ribu Mw berbahan bakar ‎batu bara. "Kaitannya dengan bidang kelistrikan. Pemerintah sangat mengandalkan program 35 ribu MW," dia menjelaskan.

Thohir yakin program kelistrikan tersebut dapat mencapai target. Apalagi Presiden Joko Widodo sangat fokus memantau perkembangan proyek energi ini.

"Saya yakin bahwa yang namanya 35 ribu Mw ini pasti akan terlaksanakan, tapi waktunya 5 tahun, 7 tahun nggak tahu," tutur Thohir.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat harga batu bara acuan (HBA) Februari 2016 turun dibandingkan dari Januari 2016. Ini disebabkan melimpahnya pasokan dari Australia.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Adhi Wibowo menyebutkan, harga batu bara Februari 2016 sebesar US$ 50,92 per ton. Harga ini lebih rendah dari periode Januari yang sebesar US$ 53,20 per ton atau turun 4,2 persen.

Adhi menyebutkan, melimpahnya pasokan batu bara asal Australia yang mendorong harga turun terjadi karena adanya peningkatan produksi tahun ini yang diiringi tingginya permintaan. "Kualitas batu bara Australia lebih baik sehingga permintaan bertambah," dia menambahkan.(Pew/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya