Liputan6.com, Jakarta - Gelaran Singapore Airshow 2016 telah berakhir pada 21 Februari 2016 kemarin. Dalam pameran tersebut, berbagai pabrikan pesawat kelas dunia memamerkan produk-produk andalan. Tak hanya pesawat sipil, pesawat militer alias pesawat tempur juga ikut unjuk gigi dalam pameran yang digelar di Changi Exchebition Centre‎, Singapura tersebut.
Dalam pameran tersebut, pengunjung dimanjakan oleh para produsen pesawat dengan memperbolehkan duduk di belakang kemudi atau kokpit meskipun tidak diterbangkan. Para pengunjung bisa merasakan berada di dalam helikopter tempur Apache, atau pesawat tempur Sukhoi (SU) 35.Â
Namun memang, tak semua pesawat bisa dijamah oleh pengunjung. Ada satu pesawat yang hanya bisa dilihat pengunjung dari jauh saja. Pesawat tersebut adalah jet tempur super canggih buatan Amerika Serikat (AS) F-35.
Di dalam pameran tersebut, pengunjung hanya bisa melihat F-35 dari batas pagar kuning yang ditentukan oleh panitia. "Jet tempur ini memang spesial, sehingga tidak untuk umum," kata Rizal, salah satu panitia Singapore Airshow saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti ditulis Selasa (23/2/2016).
Baca Juga
F-35 memang jet tempur spesial. F-35 adalah pesawat tempur generasi ke-5, produksi kerjasama Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan BAE Systems.
Pesawat super canggih ini mempunyai kapabilitas 'Stealth', atau tidak akan terlihat di radar lawan sehingga bisa masuk ke kawasan musuh tanpa terdeteksi. Jumlah persenjataan dan amunisi yang bisa dibawanya pun lebih bayak dibanding pesawat-pesawat tempur generasi sebelumnya, seperti F-16 dan F-18.
Pesawat ini merupakan hasil pengembangan dari pesawat X-35 dalam program Joint Strike Fighter. Pesawat ini adalah pesawat tempur berkursi tunggal, bermesin tunggal, yang dapat melakukan banyak fungsi, antara lain pertempuran udara-ke-udara (dogfight), dukungan udara jarak dekat, serangan ke permukaan, dan pengeboman taktis.
F-35 bentuknya seperti pesawat jet tempur modern, tetapi yang membuat jet ini khusus adalah perangkat lunak dan kemampuan mengumpulkan data intelijen.
Pesawat ini dapat mengumpulkan informasi dari angkasa luar, darat dan pesawat lain, dan kemudian mengirimkannya ke para komandan di darat. Pilot mempunyai 'mata dewa' saat perang. Dengan menekan sebuah tombol, maka sebuah kamera yang berada di bawah akan mulai bekerja, yang berfungsi untuk melihat keseluruhan pesawat.
Saat terbang, jet ini mengetahui cara melayang lebih baik daripada pilot Harrier terbaik. Pilot tidak disibukkan dengan mengemudi sehingga lebih dapat memusatkan perhatian berperang.
Sejak dikenalkan pada 2011, jet tempur ini ‎belum banyak digunakan oleh kekuatan militer di beberapa negara di dunia. Pengguna terbanyak masih militer AS. Namun, angkatan udara Singapura tengah menimbang-nimbang untuk membeli jet super canggih ini. (Yas/Gdn)