Rupiah Melemah ke 13.312 per Dolar AS di Awal Pekan Ini

Sepanjang pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.242 per dolar AS hingga 13.349 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 28 Mar 2016, 13:01 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2016, 13:01 WIB
20151229-Transaksi-Rupiah-AY
Teller menghitung uang rupiah di Bank Bukopin Syariah, Jakarta, Selasa (29/12). Rupiah kembali melemah, di tengah sepinya transaksi jelang libur Tahun Baru Hingga akhir pekan, pergerakan rupiah diperkirakan masih terbatas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan pada perdagangan di awal pekan ini. Pelemahan rupiah tersebut karena memang dolar AS melanjutkan penguatannya.

Mengutip Bloomberg, Senin (28/3/2016), rupiah berada di level 13.312 per dolar AS pada perdagangan pukul 12.00 WIB. Level tersebut melemah jika dibandingkan dengan pembukaan yang ada di angka 13.249 per dolar AS maupun jika dibandingkan dengan penutupan pekan lalu yang ada di angka 13.245 per dolar AS.

Sepanjang pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.242 per dolar AS hingga 13.349 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih mampu menguat 3,47 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Date (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.323 per dolar AS. Patokan tersebut melemah jika dibandingkan dengan patokan pada pekan lalu yang ada di angka 13.2500 per dolar AS.

Dolar AS memang terus menguat dalam 7 hari terakhir. Penguatan dolar AS ini merupakan terlama sejak Januari lalu. Sebelumnya tidak pernah penguatan dolar AS terjadi selama satu pekan terus-menerus.

Penguatan dolar AS ini terjadi karena adanya keyakinan dari investor bahwa kemungkinan besar Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga pada tahun ini karena membaiknya data ekonomi AS.

"Data ekonomi yang baik mengangkat dolar AS pada pekan ini," jelas Chief Executive Officer FPG Securities Co, Tokyo, Koji Fukaya. Selain itu ada juga beberapa sentimen lain yang mendorong penguatan dolar AS.

Belum menentunya harga minyak dunia juga membuat sebagian besar investor memborong dolar AS. "Tidak ada alasan untuk melepas dolar AS saat ini," tambahnya.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, dolar AS memang menguat di pasar Asia sejalan dengan masih baiknya data ekonomi AS yang diumumkan. "Ruang pelemahan rupiah masih tersedia melihat sentimen penguatan dollar di pasar global," tuturnya.  

Akan tetapi dalam jangka menengah justru ruang penguatan rupiah masih terbuka lebar. Rencana pemerintah memangkas harga BBM pada akhir Maret 2016 diperkirakan mampu mengembalikan ekspektasi inflasi rendah yang juga akan membantu meredakan tekanan pelemahan rupiah. (Gdn/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya