Liputan6.com, Banten - Lion Group ingin semakin dalam menancapkan taring di industri penerbangan nasional. Salah satu langkah yang dilakukan grup tersebut adalah dengan membangun kompleks perkantoran, perumahan dan pelatihan bagi awak pesawat dan para pendukung yang dinamakan Lion City di Balaraja, Tangerang.
Liputan6.com berkesempatan mengintip pelatihan pramugari pada Kamis (14/4/2016). Pada hari ini, para calon pramugari Lion Group tengah mengikuti pelatihan emergency. Pelatihan emergency ini dilalui dengan empat tahapan yaitu mulai dari pembelajaran di kelas, pelatihan memadamkan api, melakukan penyelamatan di darat dan melakukan penyelamatan di air.
Baca Juga
Wina Balina, Instruktur Angkasa Training Center mengungkapkan pelatihan pramugari sendiri biasanya dilakukan sekitar 3 hingga 4 bulan. Untuk pelatihan emergency sendiri hanya dilakukan satu hari.
"Jadi semua calon pramugari harus melalui tahapan ini, dalam 1 batch itu maksimal ada 20 orang," kata Wina.
Di lokasi pelatihan sendiri, terdapat beberapa fasilitas mulai dari ruangan kelas, mock up pesawat Boeing 737 yang dilengkapi berbagai pintu emergency serta kolam renang yang digunakan para calon pramugari untuk melakukan simulasi penyelamatan di atas air.
Setelah melalui tahap pelatihan di kelas, para pramugari diarahkan untuk menuju ke mock up untuk langsung praktek evakuasi para penumpang pesawat. Pelatihan itu mulai dari membuka pintu emergency hingga cara yang benar meluncur dari pintu emergency.
Tahapan selanjutnya, para calon pramugari diarahkan ke pinggir kolam renang untuk dijelaskan mengenai bagaimana mengembangkan perahu karet, hingga bagaimana menaiki perahu.
Setelah tahapan selesai, calon pramugari diberi pelampung yang belum mengembang, dan dituntut untuk bisa mengembangkan pelampung hanya dalam 10 detik dengan cara meniup pelampung. Selanjutnya mereka melakukan pemanasan sebelum melakukan praktek di dalam air.
"Untuk di air, mereka akan terjun dari pintu darurat, dan gimana cara berenang yang benar setelah terjun, jadi tidak asal saja," terang Wina.
Dengan modal pelampung yang melekat di leher, para calon pramugari terjun satu per satu ke dalam air. Di dalam air, para pramugari dilatih bagaimana mengevakuasi para penumpang, hingga bagaimana menghadapi serangan bawah air dari hewan, seperti seperti halnya serangan hiu.
Di sini proses yang paling lama. Hal ini dikarenakan tidak semua pramugari dituntut untuk bisa berenang. Namun mereka dituntut untuk bisa melakukan evakuasi para penumpang di dalam air.
"Mereka haru tau bagaimana cara menaikkan penumpang ke dalam perahu karet itu, dan bagaimana cara bertahan di atas laut," ceritanya.
Di perahu karet ini, sudah dilengkapi beberapa peralatan untuk bertahan hidup di tengah laut lepas, mulai dari bekal makanan, air minum hingga kembang api untuk memberi tanda emergency.
Terakhir, para calon pramugari kembali dibawa ke dalam kelas untuk dilakukan evaluasi dan penilaian. (Yas)