Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia melonjak ke posisi tertinggi terbarunya di tahun ini, dipicu data persediaan mingguan yang menunjukkan penurunan stok minyak mentah domestik.
Melansir laman Wall Street Journal, Kamis (12/5/2016), harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Juni ditutup naik US$ 1,57 atau 3,5 persen menjadi US$ 46,23 per barel di New York Mercantile Exchange. Ini merupakan harga tertinggi sejak 4 November.
Sementara Brent, patokan minyak global, naik US$ 2,08 atau 4,6 persen menjadi US$ 47,60 per barel di ICE Futures Europe. Kedua benchmark minyak tersebut sempat turun menjelang laporan persediaan mingguan.
Lembaga Administrasi Informasi Energi AS melaporkan, cadangan minyak mentah turun 3,4 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 6 Mei. Sementara analis yang disurvei Wall Street Journal memperkirakan kenaikan 400 ribu barel.
Baca Juga
Stok minyak mentah AS ini berada mendekati level tertinggi dalam lebih dari 80 tahun. Ini menjadi bukti membanjirnya pasokan minyak mentah dunia yang telah membebani harga sejak pertengahan 2014.
Advertisement
"Tapi sentimen pasar telah pasti bergeser, jauh dari kekhawatiran tentang kelebihan pasokan saat ini. Kita akan melihat apakah momentum dapat terus berlanjut," kata Kyle Cooper, Analis IAF Advisors di Houston.Â
Patokan minyak AS telah melonjak 76 persen sejak menyentuh level terendah dalam 13 tahun pada awal tahun. Ini didukung jatuhnya output dan produksi di beberapa wilayah dunia. Kondisi ini membuat persediaan membatasi keuntungan harga, dengan beberapa investor mengatakan tidak berpikir laju saat ini dapat bertahan sebelum stok minyak mentah global turun.
Persediaan minyak mentah turun meskipun impor dan tingkat produksi tetap relatif stabil dan kilang memproses sedikit minyak mentah dibandingkan dengan pekan sebelumnya, menurut penjelasan EIA.
Stok minyak mentah biasanya jatuh pada saat ini tahun sebagai kilang pemeliharaan musiman lengkap dan proses minyak lebih mentah menjadi produk olahan seperti bensin.
Analis mengharapkan untuk melihat penurunan impor pada minggu mendatang karena kebakaran hutan di Kanada yang mendorong beberapa perusahaan untuk menghentikan produksi minyak mereka.
Â