SKK Migas Ungkap Alasan Lapangan Gas Natuna Belum Dikembangkan

Hingga kini pemerintah juga belum menunjuk Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) untuk mengembangkan lapangan gas East Natuna.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Mei 2016, 14:55 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2016, 14:55 WIB
Natuna

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan penyebab belum dikembangkannya lapangan Migas East Natuna, padahal lokasi ini memiliki kandungan gas lebih besar dari ‎Masela.

Kepala SKK Migas Zikrullah mengatakan, kandungan karbondioksida (Co2) pada lapangan tersebut sangat tinggi, bahkan lebih besar dari kandungan gasnya. Itu sebabnya pengembangan East Natuna harus menggunakan teknologi canggih yang dapat mengelola Co2.

"Memerlukan teknologi yang dapat mengolah Co2 yang tinggi," kata Zikrullah di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (19/5/2016).

Menurut dia,  teknologi yang dibutuhkan untuk mengolah East Natuna hingga kini belum ditemukan, sehingga pengembangan lapangan yang memiliki‎ kandungan gas sebesar 46 triliun kaki kubik (Tcf) tersebut belum bisa dilakukan. "Dan teknologi itu yang belum kita temukan, yang cocok,"‎ tuturnya.

Zikrullah mengaku hingga kini pemerintah juga belum menunjuk Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) untuk mengembangkan lapangan tersebut. ‎ "TapiPSC nya belum ditunjuk. Saya sulit kasih komen karena ranahnya masih di Direktorat Jenderal Migas belum diSKKMigas," jelas dia.

Sekretaris Jenderal Komite Eksplorasi Nasional (KEN) Muhammad Sani mengatakan, kandungan gas di blok gas Natuna mencapai 46 triliun kaki kubik (TCF) sedangkan di Masela hanya memiliki kandungan gas 7 TCF, jauh lebih sedikit.

‎"Natuna penting kita tahu, di Masela itu ada 7 TCF tidak seberapanya. Di Natuna ada 46 TCF, itu baru di satu lapangan kita punya 4 sampai 6 kali lipat Masela," ujar Sani.

Namun saat ini lapangan gas Natuna tersebut belum bisa memproduksi gas‎ karena belum ada pengembangnya, padahal gas tersebut bisa meningkatkan ketahanan energi.

Menurut Sani, saat ini Komite Energi Nasional (KEN) juga sedang melakukan pengkajian pengembangan lapangan gas Natuna, yang harus cepat dilakukan pemerintah. Itu karena wilayah tersebut berada di perbatasan dengan negara tetangga. Pengembangan gas di wilayah ini dapat menunjukkan kedaulatan Indonesia.

Dalam upaya mengembangkan kawasan tersebut perlu dukungan berbagai pihak agar pengembangan terintegrasi, seperti pembangunan kawasan industri di sekitar wilayah tersebut.

"Dukungan kawasan ini tidak akan berkembang kalau tidak didukung secara integrated masterplan Natuna akan dipusatkan di mana, pipanya siapa yang bangun gasnya kemana," tutup Sani.(Pew/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya