Liputan6.com, Jakarta - Pengembangan bahan bakar nabati saat ini sangat cepat. Tak hanya digunakan untuk kendaraan darat seperti mobil, truk atau bus, BBN alias biofuel juga bisa dipakai untuk pesawat terbang.
Baru-baru ini, maskapai Alaska Air menerbangkan penumpang dengan dua pesawat yang berbahan bakar jet fuel atau avtur, dan biofuel yang terbuat dari jagung.
Baca Juga
Dilansir dari CNNÂ Money, Jumat(10/6/2016), pihak maskapai menyebutkan, itu adalah penerbangan pertama yang menggunakan bahan bakar yang terbuat dari alkohol yang berasal dari fermentasi jagung. Keduanya terbang dari Seattle, satu ke San Fransisco, satu lagi mendarat mulus di Washington D.C.
Advertisement
Â
Baca Juga
Â
Biofuel tersebut dikembangkan oleh perusahaan Colorado bernama Gevo. Proses produksinya sama dengan membuat ethanol, jenis alkohol yang biasa dipakai di minuman beralkohol.
Gevo mengatakan mereka membeli jagung dari petani di Dakota Selatan. Mereka memisahkan protein untuk pakan dan mengubahnya menjadi isobutanol, semacam alkohol yang kemudian dikonversi menjadi bahan bakar jet.
Bahan bakar jet yang terbuat dari isobutanol hanya bisa dipakai untuk penerbangan komersial oleh regulator AS pada Maret.
Biofuel lain pernah dicoba sebelumnya. Penerbangan komersial pertama yang digerakkan oleh biofuel pernah dicoba pada 2011.
Namun maskapai agak enggan untuk mengadopsi bahan bakar alternatif karena mahal. pada saat uang sama, harga minyak tengah jatuh, dan membuatnya lebih mahal dibanding energi alternatif.
Tergantung dari jenisnya, biofuel bisa lebih mahal tiga kali lipat dibanding bahan bakar konvensional, menurut RDC Aviation Economics.
Gevo mengatakan, bahan bakar barunya ini bisa saja berasal dari bahan baku yang lebih murah, seperti gula atau serutan kayu.
"Produk bahan bakar jet Gevo adalah langkah yang penting, yang mana berpotensi untuk bisa menghemat biaya, tanpa mengorbankan performa," ujar Wakil Presiden Alaska Airlines Joseph Sprague.
Sekitar 20 persen biofuel yang digunakan dalam dua pesawatnya itu mengurangi emisi gas sebesar 50 persen. (Zul/Ndw)