Teknologi Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tunggu Sertifikasi BPPT

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) kini tengah mempersiapkan pengajuan syarat kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Jul 2016, 09:45 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2016, 09:45 WIB
20150813-Kereta-Cepat-Cina-Jakarta-Rini-Soemarno
Kereta Cepat Buatan Cina (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) kini tengah mempersiapkan pengajuan syarat kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pasalnya, teknologi yang digunakan dalam pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung harus dapat sertifikasi BPPT.

Direktur Utama KCIC Hanggoro Budi Wiryawan mengungkapkan, persyaratan sertifikasi ini sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres). Pemerintah mengamanatkan kepada teknologi baru yang akan diterapkan di Indonesia.

‎"Kami ingin menyampaikan, adanya rencana kerja sama dengan BPPT terkait dengan teknologi kereta cepat yang baru akan ada di Indonesia sesuai Perpres, itu harus mendapat approval dan sertifikasi dari BPPT," kata Hanggoro seperti ditulis, Jumat (1/7/2016).

Hanggoro mengungkapkan saat ini pihaknya dan BPPT tengah melakukan komunikasi demi mempersiapkan persyaratan sertifikasi tersebut. Diharapkan nantinya setelah hari raya Idul Fitri kerjasama keduanya bisa tertuang dalam kesepakatan bersama (MoU).

Di kesempatan yang sama, ‎Direktur PTSPT BPPT, Rizqon Fajar mengakui BPPT akan mendukung proyek kereta cepat Jakarta Bandung demi mendorong kemajuan pembangunan sistem transportasi pekeretaaapian yang tangguh di Indonesia.

Menurutnya sebagai lembaga pengkajian dan penerapan teknologi, BPPT telah menyampaikan bahwa kereta api adalah salah satu sarana transportasi yang mampu mempercepat pembangunan.

"Teknologi kereta cepat ini menjadi solusi bagi masa depan transportasi nasional yang diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kereta api yang memiliki daya angkut yang besarvdapat menurunkan beban di moda transportasi lain seperti darat dan udara," ujar Rizqon.

Kembali lagi ke Hanggoro, dikatakan demi mendukung alih teknologi‎ yang dilakukan KCIC dengan China, pihaknya telah mengirimkan puluhan Sumber Daya Manusia (SDM) ke China.

Setidaknya sudah ada 39 orang yang dikirim ke China untuk belajar teknologi kereta cepat yang akan dioperasikan dengan kecepatan 350 km/jam itu.

‎"Alhamdulillah dengan adanya dua kali pelatihan ini, sekarang teman-teman sudah lebih memahami mengenai teknologi kereta cepat ini. Alhamdulillah itu memperlancar proses pembahasan usulan pembangunan yang 142,3 km‎," tutup Hanggoro.

*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

Begini dampak tax amnesty dan brexit untuk pasar modal Indonesia:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya