Ini Cara Satgas Dwelling Time Benahi Sistem di Tanjung Priok

Proses try and eror dan memperbaiki kekurangan yang ada diiringi dengan perbaikan infrastruktur terus dilakukan oleh Satgas Dwelling Time.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Jul 2016, 12:52 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2016, 12:52 WIB
20151110-Ekspor-Impor-Jakarta-FF
Ratusan peti kemas di area JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/11). Badan Pusat Statistik menyebutkan kinerja ekspor Indonesia pada kuartal III 2015 minus 0,69 persen dan impor minus 6,11 persen dibanding tahun lalu. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Waktu yang dibutuhkan oleh kontainer untuk keluar dari kawasan Pelabuhan (dwelling time) Tanjung Priok, Jakarta Utara, telah turun menjadi rata-rata tiga hari dari sebelumnya yang mencapai lebih dari lima hari. Pendorong penurunan dwelling time tersebut adalah penerapan sistem baru yang semua berbasis online

Deputi Bidang Sumber Daya dan Jasa Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya sekaligus Kepala Satuan Tugas (Satgas) Dwelling Time Agung Kuswandono menjelaskan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan dwelling time di pelabuhan Tanjung Priok bisa lebih singkat untuk mendorong aktivitas ekspor-impor. Beberapa kementerian dan lembaga pun kemudian bekerja sama untuk mewujudkannya. 

Perubahan sistem dilakukan. Sayangnya, perubahan tersebut tidak disukai banyak orang. Alasannya, memang ada pengusaha yang sengaja memperlambat dwelling time untuk kepentingan sendiri. Namun hal itu tidak menjadi halangan bagi Satgas Dwelling Time.

"Lihat saja, kalau kita mengembangkan perbaikan dwelling time, siapa yang menentang? Ya itu. Ingat tidak saat awal-awal kami memperbaiki dwelling time, banyak yang mengatakan ini tidak mungkin?" kata Agung seperti dikutip dari laman maritim.go.id, Kamis (14/7/2016). 

Diakui oleh Agung, bahwa sebagian dari pengusaha yang menentang adalah yang menitipkan barang-barangnya di Tanjung Priok. Begitu dikenakan denda Rp 5 juta jika barang tertahan cukup lama di pelabuhan, para pengusaha itu protes.

“Jadi sebenarnya kami ingin menolong pengusaha supaya tidak terganggu jadwal kedatangan barang, tetapi di balik itu mereka memang ingin menimbun kontainer di situ. Nah, sementara lahan tidak bertambah, jalannya juga itu-itu saja, jadi serba ruwet di Tanjung Priok itu,” urainya.

Saat ini semua sistem yang berjalan diarahkan melalui online dan menjadi perkembangan luar biasa. Bea cukai menggunakan sistem online, karantina juga menggunakan sistem online, pembayaran sekarang sudah online, "Jadi nanti orang mengurus pelabuhan tidak perlu ke pelabuhan," jelasnya.

Proses ini sudah berjalan di bea cukai dimana pembayaran online itu dari pelabuhan sedang dijalankan. Untuk itu akan digenjot semua sistem yang dilakukan dalam Dwelling Time online semua.

“Ya sebetulnya sekarang sudah semuanya online, hanya INA NET Port itu belum jalan secara utuh. Itu yang harus dikembangkan supaya nanti Tanjung Priok ini kita tahu kontainer ini pindah di mana, masuk di mana, jadi mencari gampang, membayar juga gampang, keluarnya gampang, masuknya gampang. Saya tuh selalu susah kalau ditanya kapan mulai, mulainya mah sudah lama mas,” ungkapnya.

Agung melanjutkan, proses try and eror dan memperbaiki kekurangan yang ada diiringi dengan perbaikan infrastruktur terus dilakukan oleh Satgas Dwelling Time. Saat ini, karena target dwelling time tiga hari telah tercapai, maka Satgas Dwelling Time kembali menentukan target baru menjadi dua hari.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya