Tiongkok Optimistis Kereta Cepat Jakarta-Bandung Selesai 2 Tahun

Tiongkok meminta pemerintah Indonesia mendukung penuh pembangunan tersebut agar selesai tepat waktu.

oleh Iwan Triono diperbarui 13 Sep 2016, 09:37 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2016, 09:37 WIB
Kereta Cepat China
Kereta Cepat China di Stasiun Tianjin China (Foto: Iwan T)

Liputan6.com, Beijing Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) optimistis pembangunan kereta api cepat Jakarta - Bandung akan selesai dalam dua tahun. Pihak Tiongkok meminta pemerintah Indonesia mendukung penuh pembangunan tersebut agar selesai tepat waktu.

"Sampai sekarang kami yakin bisa menyelesaikan kereta cepat Jakarta-Bandung pada 2019," kata Profesor Zhao Gotang, Deputy Chief Engineer China Railway Corporation dalam diskusi di kantor Kemenlu RRT di Beijing, Senin (12/9/2016).

Zhao mengatakan, pemerintah Tiongkok mendukung penuh pembangunan kereta api cepat dengan langsung mendatangkan ahlinya yang sukses membangun jalur Beijing-Tianjin sepanjang 130 km. Dalam proyek kerja sama kereta api cepat yang pembangunannya ada di bawah naungan PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC), Zhao memegang posisi sebagai Chief Engineer.

Hal senada juga diamini oleh Kong Yuan You, Asisten Menteri Luar Negeri Tiongkok untuk Asia Pasifik. Dia ikut memastikan jika proyek kereta cepat ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah Indonesia maka proyek pembangunannya akan selesai dalam waktu dua tahun.

Jalur Beijing-Tianjin sepanjang 130 km dikerjakan hanya dalam waktu 1,5 tahun. Saat ini Tiongkok juga punya proyek pembangunan kereta cepat sekitar 20 ribu km yang dikerjakan dalam kurun waktu 10 tahun. 

Seperti pengalaman liputan6.com dalam perjalanan kereta api cepat atau China Railways Highspeed (CRH) jurusan  Beijing-Tianjin, Minggu (11/9/2016), perjalanan kereta sepanjang 130 km itu hanya ditempuh dalam waktu 30 menit. Kecepatan kereta yang pertama beroperasi pada 2008 itu bisa mencapai 306 km/jam. Jarak Beijing-Tianjin ini hampir sama dengan jarak kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 143 km. Penumpang hanya membayar 65,5 yuan atau Rp 129 ribu untuk kereta Beijing-Tianjin.

Masalah Tenaga Kerja

Kong juga mengatakan pemerintah Tiongkok berharap, pemerintah Indonesia bisa membantu kendala-kendala seperti visa kerja dan tenaga ahli Tiongkok untuk bekerja sama dengan tenaga ahli dari Indonesia.

"Pembangunan kereta cepat akan menyerap banyak tenaga kerja lokal Indonesia. Ini akan banyak membuka lapangan kerja dan menyerap lebih banyak tenaga kerja setelah kereta api cepat selesai dibuat," ungkap Kong.

Masalah tenaga kerja menjadi sensitif karena adanya isu banyaknya tenaga kerja Tiongkok yang masuk untuk proyek ini. Namun menurut Kong, tenaga kerja Tiongkok yang masuk adalah tenaga ahli yang akan bersama-sama membangun proyek ini bersama tenaga ahli Indonesia.

PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) adalah perusahaan patungan empat BUMN Indonesia yang terdiri dari PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Wijaya Karya (Wika), PTPN VIII, dan PT Jasa Marga. Keempat perusahaan BUMN ini tergabung dalam  PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia. Sementara Tiongkok diwakili oleh China Railways.

Kerja sama business to business (B to B) ini dengan porsi saham 60 persen Indonesia dan 40 persen Tiongkok. Salah satu yang akan mendukung pendanaan proyek ini adalah China Development Bank (CDB).

Pembangunan kereta cepat akan dimulai tidak dari ujung ke ujung, tetapi dari tengah. Rencananya, proyek kereta cepat tersebut akan dimulai dari Walini dan pinggiran Tol.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya