Pertamina Bangun Fasilitas Produksi Migas di Tengah Laut

Ketiga fasilitas Pertamina untuk anjungan lepas pantai PHE-24 akan selesai terpasang pada akhir November.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 12 Okt 2016, 15:43 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2016, 15:43 WIB
Ketiga fasilitas Pertamina untuk anjungan lepas pantai PHE-24 akan selesai terpasang pada akhir November.
Ketiga fasilitas Pertamina untuk anjungan lepas pantai PHE-24 akan selesai terpasang pada akhir November.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina  Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) ‎resmi membangun ‎instalasi anjungan lepas pantai PHE-24,  yang merupakan bagian dari lapangan terintegrasi tahap pertama (Proyek EPCI-1) di wilayah kerja PHE WMO‎.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto ‎mengatakan, tahap pembangunan proyek EPCI-1 sedang memulai instalasi anjungan lepas pantai PHE-12 dan PHE-24 di wilayah kerja West Madura Offshore.

"Dua  fasilitas produksi tersebut akan ditambatkan sekitar 55-70 meter di atas permukaan laut," kata Dwi, di Jakarta, Rabu (12/10/2016).

Fasilitas produksi migas lapangan terintegrasi ini akan dilengkapi dengan Central Processing Platform 2 (CPP2). Fasilitas CPP2 akan memulai perjalanan dari lokasi fabrikasi di Cilegon, Banten pada pertengahan Oktober ini.  

"Ketiga fasilitas ini diharapkan dapat selesai terpasang di lepas pantai paling lambat akhir November mendatang," ujar Dwi.

Pengembangan lapangan terintegrasi ini merupakan bagian dari usaha Pertamina untuk meningkatkan kontribusi hingga 40 persen pada produksi minyak nasional pada  2019. Saat ini Pertamina baru berkontribusi sekitar 23 persen dari total produksi minyak nasional sebesar 830 ribu barel per hari.

‎Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam melanjutkan, selain untuk meningkatkan kembali produksi, pengembangan lapangan terintegrasi ini sangat penting untuk menunjukkan keandalan Pertamina dalam mengelola lapangan lepas pantai.

"Saya ucapkan selamat karena proyek ini dikerjakan tepat waktu dan telah mencatatkan lebih dari 2,6 juta jam kerja selamat (Zero Lost Time Incident)," tutur dia.

Sedangkan Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi, R. Gunung Sardjono Hadi mengungkapkan,  untuk melengkapi fasilitas produksi tersebut juga telah dimulai penggelaran pipa bawah laut dengan panjang secara keseluruhan sekitar 19,5 km, untuk menyalurkan produksi minyak dan gas bumi dari lapangan PHE-12 dan PHE-24 (terintegrasi). Keseluruhan kegiatan EPCI-1 diharapkan  tuntas  pada Februari 2017.

Sesuai target SKK Migas, lapangan terintegrasi ini pada bulan Februari 2017 sudah bisa mengalirkan minyak bumi sekitar 1.000 BOPD dan mencapai puncaknya 2.900 BOPD pada Mei 2017.  Dari sumur gas bumi diharapkan berproduksi 10 MMSCFD mulai Juni 2017 dan mencapai puncaknya 14,1 MMSCFD pada Juli 2017.

Sebagai bagian dari usaha Pertamina dalam mewujudkan kedaulatan energi nasional, lapangan terintegrasi akan dilanjutkan dengan pembangunan proyek EPCI-2 yang meliputi pembangunan anjungan  PHE-48 dan PHE-7 yang akan dimulai pada awal tahun 2018.

General Manager PHE WMO Sri Budiyani menambahkan, lewat  proyek EPCI-1, PHE WMO berharap terjadi peningkatan produksi 5-7 ribu barel secara bertahap setiap tiga bulan hingga 5 tahun ke depan.

Dengan demikian laju penurunan produksi alamiah di Blok WMO yang rata-rata dalam 3 tahun terakhir mencapai 50-60 persen per tahun bisa terus ditekan.  

"Saat ini melalui program perawatan sumur yang cermat dan optimasi produksi. Pada  2016 (hingga Oktober), laju penurunan produksi  alamiah dapat ditahan hingga hanya sekitar 10 persen.  Kegiatan instalasi anjungan migas lepas pantai pada saat ini, menunjukkan Pertamina mampu bekerja di lepas pantai," tutur Budiyani. (Pew/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya