Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah tipis pada awal pekan ini. Pernyataan dari pejabat Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) mendorong penguatan dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Senin (17/10/2016), rupiah dibuka di angka 13.059 per dolar AS, melemah jika dibanding dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.033 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.050 per dolar AS hingga 13.073 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mampu menguat 5,29 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.054 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.047 per dolar AS.
Baca Juga
Mata uang di beberapa negara berkembang mengalami tekanan pada hari ini karena adanya prospek kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.
Berdasarkan rilis hasil pertemuan the Fed September menunjukkan sejumlah pengambil kebijakan akan segera menaikkan suku bunga jika ekonomi AS lanjutkan penguatan.
Selain itu, dana ekonomi China juga menekan nilai tukar beberapa mata uang negara berkembang. Pada pekan lalu, ekspor China dilaporkan turun 10 persen pada September (year on year), yang lebih buruk dari harapan. Sementara impor tiba-tiba menyusut, menghidupkan kembali kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Analis Senior Bank of Singapore Ltd Sim Moh Siong menjelaskan, pelemahan data ekonomi China tersebut mengangkat kekhawatiran akan ekonomi global.
Sedangkan ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah menguat pada perdagangan Jumat setelah dolar AS melemah merata terhadap kurs di Asia.
Tetapi dollar index yang masih berada di tren penguatan serta ancaman kenaikan imbal hasil global mengembalikan dorongan pelemahan rupiah. (Gdn/Ndw)