Kepala BKPM: Reaksi Pasar Berlebihan pada Kenaikan Suku Bunga AS

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS dianggap mendorong kenaikan suku bunga relatif cepat.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 30 Nov 2016, 17:50 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2016, 17:50 WIB

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan pelaku pasar terlalu reaktif dalam menanggapi rencana kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS). Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS dianggap mendorong kenaikan suku bunga relatif cepat.

Padahal, Thomas mengatakan Donald Trump belum memaparkan kebijakannya secara rinci. Karena itu, dia menganggap pasar terlalu berlebihan dalam merespons kenaikan suku bunga tersebut.

"Padahal belum sama sekali diterbitkan detail kebijakannya. Menurut saya, antisipasi bond dan currency market agak berlebihan. Over-reaksi," kata dia di sela acara Forbes Global CEO Conference di Hotel Shangri-la Jakarta, Rabu (30/11/2016).

Lebih lanjut, dia menuturkan, kenaikan suku bunga AS memberi dampak negatif sekaligus positif bagi Indonesia. Negatifnya, kenaikan suku bunga akan membuat permintaan akan dolar semakin tinggi. Alhasil, posisi nilai tukar dolar menguat.

"Jadi orang berpikir lebih baik investasi di dolar. Jadi investasi di AS," kata dia.

Namun di sisi lain, dengan dolar yang menguat akan memacu ekspor Indonesia. Pasalnya, harga barang komoditas ekspor akan semakin murah. Hal ini tentu akan berimbas positif pada cadangan devisa.

"Dengan dolar naik, ekspor kita jadi murah. Ekspor kita dari Asia Timur akan melonjak. Itu kan berarti omzet kita naik, penghasilan devisa dari ekspor naik. Orang sering kali hanya fokus satu sisi saja. Dolar menguat saya harus investasi di dolar dong, lupa dengan dampak sekunder atau secondary effect," tandas dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya