Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto menyatakan keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi telah melalui pertimbangan yang matang. Hal ini didasari untuk menjaga daya beli masyarakat.
Meski berpotensi menimbulkan kerugian bagi Pertamina lantaran harga acuan minyak dunia dalam tren meningkat, Dwi yakin pemerintah juga telah mempertimbangkan kinerja keuangan Pertamina sebelum mengambil keputusan ini.
"Kami yakin bahwa pemerintah memberi perhatian terhadap kinerja Pertamina itu sendiri, di samping perhatiannya terhadap daya beli masyarakat," ujar dia di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Selasa (20/12/2016).
Advertisement
Baca Juga
Dengan tidak naiknya harga BBM lanjut Dwi, maka tugas Pertamina selanjutnya yaitu melakukan sejumlah efisiensi untuk mengurangi potensi kerugian. Hal tersebut dianggapnya sebagai sebuah tantangan yang harus dilakukan di awal tahun depan.
"Kami ingin sebagai manager Pertamina tugas kami untuk berusaha dari sisi efisiensi. Mudah-mudahan dari sisi efisiensi yang kita kembangkan, kita laksanakan, paling tidak bisa bisa mengurangi apa saja yang sudah jadi beban Pertamina. Tapi kami yakin pemerintah tidak akan membiarkan Pertamina dalam posisi rugi. Itu menunjukan Pertamina sudah melakukan hal maksimum untuk melakukan efisiensi," jelas dia.
Selain itu, evaluasi terhadap harga BBM bersubsidi akan terus dilakukan oleh pemerintah per 3 bulan. Oleh sebab itu perubahan harga BBM bersubsidi bisa saja terjadi setelah 3 bulan mendatang.
"Tentu saja untuk posisi saat ini kita akan lihat bahwa ini fluktuatif sehingga nanti kita lihat lagi Februari, Maret (2017) seperti apa. Ketika kondisi minyak dunia saat sedang dinamis, ini terjadi perubahan sehingga kita lihat kondisinya seperti apa di 2017. Saya kira perhatian pemerintah di 2017 terhadap daya beli masyarakat itu yang utama," tandas dia.