Liputan6.com, New York - Harga minyak selalu ditutup menguat selama perdagangan sepekan ini karena adanya kepercayaan investor bahwa produksi global bakal dipangkas. Negara yang tergabung dalam organisasi eksportir minyak (OPEC) dan non-OPEC memang sepakat untuk memangkas produksi minyak pada tahun ini.
Mengutip Wall Street Journal, Sabtu (7/1/2017), harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Februari naik 23 sen atau 0,4 persen pada hari Jumat ke angka US$ 53,99 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak jenis ini diperdagangkan di kisaran US$ 53,46 per barel hingga US$ 54,32 per barel sepanjang perdagangan Jumat.
Sedangkan harga minyak Brent, yang merupakan patokan harga minyak dunia, ditutup naik 21 sen atau 0,4 persen ke level US$ 57,10 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Pada perdagangan Jumat ini, salah satu pendorong kenaikan harga minyak adalah keputusan dari Royal Dutch Shell PLC untuk mengurangi produksi 140 ribu barel per hari pada pipa Trans-Niger Bonny Light. Penutupan tersebut karena semakin memanasnya situasi geopolitik di Nigeria.
"Pemerintah Nigeria dilaporkan menjalin kesepakatan dengan kelompok militan. Ini sepertinya bakal mudah ke depannya. Namun memang harus dihitung kembali dampaknya ke pasokan minyak dunia," jelas analis Komoditas dari Petromatrix, Olivier Jakob.
Sepanjang pekan ini, harga minyak terus bergerak di zona positif. Harga minyak memang terus melonjak ke level tertinggi dalam 18 bulan terakhir setelah OPEC dan 11 negara penghasil minyak utama di luar OPEC sepakat untuk memangkas produksi secara kolektif dimulai pada awal 2017 ini.
Kesepakatan OPEC ini merupakan kesepakatan pertama dalam delapan tahun terakhir yang diperkirakan bakal berjalan dengan baik. Sebelumnya, sebagian besar kesepakatan OPEC hanyalah janji-janji semata.
"Saat ini pasar sedang menunggu seberapa baik OPEC dan non-OPEC akan mematuhi kesepakatan yang telah dibuat," jelas Presiden Lipow Oil Associates, Houston, AS, Andy Lipow.
Arab Saudi sebagai eksportir terbesar minyak dunia sepakat untuk memangkas produksi 486 ribu barel per hari. Langkah dari Arab Saudi ini membantu mengangkah harga minyak dalam dua hari terakhir. (Gdn/Ndw)