Cerita Tulus Kembangkan Usaha Kreatif

Tulus Company yang bergerak di bidang industri kreatif mempekerjakan 100 orang.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Feb 2017, 15:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2017, 15:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Melalui kreativitas, penyanyi Tulus membangun sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif bernama Tulus Company. Dari usaha itu, pihaknya sudah mempekerjakan 100 orang.

Ketika memulai usaha, Tulus mencari kekurangan yang ada pada dirinya. Meski sudah pandai bernyanyi tetapi tidak memiliki keterampilan bermain musik.

"Saya mencari di mana kekurangan saya, saya tidak bisa memainkan satu alat musik, dan tidak bisa bikin aransemen, kalau mau rekaman kan harus bikin aransemen, saya sadari kekurangan itu," kata Tulus dalam acara Creativepreneur Corneur 2017, di Senayan City, Jakarta, Sabtu (4/2/2017).

Pelantun lagu sewindu tersebut ini pun menggandeng orang yang bisa melengkapi, yaitu kakaknya untuk mengatasi kekurangannya. Tak hanya itu, ia juga mengandeng seorang untuk dijadikan manajer. Dari sistem yang telah dibuatnya terbentuklah Tulus Company.

"Saya cari orang yang bisa melengkapi kekurangan. Saya tidak bisa membuat aransemen saya cari yang bisa buat aransemen, sistem pendukung saya mulai. Perusahaan ini hanya tiga orang sangat kecil sekali," papar Tulus.

Dia pun tidak puas dengan kapasitas yang ada, lantaran perusahaan harus mencari keuntungan. Kemudian Tulus menjaring lebih banyak sumber daya manusia untuk mengembangkan usahanya, yang tidak menguntungkan dirinya sendiri.

"Di situ semakin banyak permasalahan yang harus diatasi, kebutuhan dipenuhi, saya tidak mau mimpi itu menguntungkan buat saya sendiri saya ini bermanfaat buat orang lain," ucap dia.

‎Tulus pun merangkul, orang-orang yang memiliki mimpi sama yaitu berkarya. Meski orang tersebut tidak memiliki kesukaan yang sama dengannya yaitu musik. Hal ini merupakan sistem yang diterapkan untuk mengembangkan usahanya.

"Sistem saya terapkan, anggota baru selalu berbagi dulu mimpinya seperti apa, dengan mimpi yang kita ketahui kita bisa sinergi. Itu sulit sekali salah satunya ekstrim sekali. Contohnya, asisten manager saya tidak suka musik dia mau buat tulisan, ini saya nilai potensi, dia bisa keliling, buat tulisan dan foto. Sistem yang seperti itu semua orang dalam tim," urai dia.

Tulus menuturkan, dengan‎ memiliki satu mimpi, akan mendorong untuk tumbuh bersama dalam berkarya yang bermanfaat bagi diri orang lain bukan hanya untuk diri sendiri.
‎
"Kebersamaan tidak hanya memberikan value kepada kepalanya, saja tapi semua yang terlibat.‎ Tumbuh bersama dengan ruang lain. ‎Tidak ada mimpi besar terwujud kalau bicaranya hanya saya saya dan saya, tetapi bisa terwujud kalau bicaranya kita, kita dan kita," tutur Tulus.

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya