Liputan6.com, Jakarta Langkah PT Freeport Indonesia melakukan pemutusan kerja pekerja berdampak ke dunia perbankan. Sebab, banyak pekerja Freeport yang merupakan debitor bank.
Kepala BRI Cabang Timika Muhammad Jusuf, mengatakan total nilai pinjaman karyawan PT Freeport Indonesia dan karyawan perusahaan-perusahaan subkontraktor Freeport pada BRI mencapai sekitar Rp 70 miliar.
Perbankan khawatir terjadi kredit macet akibat masih belum terselesaikannya masalah antara PT Freeport Indonesia dengan pemerintah yang berimbas pada pemutusan hubungan kerja ribuan karyawan.
Advertisement
Baca Juga
"Berdasarkan data yang kami terima, sebagian debitor kami sudah dirumahkan, bahkan ada yang sudah di-PHK oleh perusahaan-perusahaan tempat mereka bekerja. Ini tentu sangat mengkhawatirkan kami," jelas dia seperti mengutip Antara, Sabtu (25/2/2017).
Menyikapi kondisi itu, BRI Timika melakukan koordinasi dengan perusahaan-perusahaan tempat para karyawan tersebut bekerja.
Meski mereka telah dirumahkan atau di-PHK, karyawan yang memiliki tanggungan kredit di BRI diminta untuk tetap melunasi kewajibannya.
BRI Timika juga diketahui memberikan kredit usaha kepada 30 pengusaha di Timika dengan total nilai kredit yang dikucurkan sebesar Rp 101 miliar.
"Kami langsung menemui para debitur untuk membicarakan soal kelanjutan pembayaran angsuran pinjaman mereka. Secara internal kami akan melakukan evaluasi terhadap dampak yang ditimbulkan akibat masalah di Freeport terhadap program pemberian fasilitas perkreditan. Yang jelas, kondisi yang terjadi di Freeport sekarang sangat mempengaruhi perekonomian di Timika secara keseluruhan," ujar Jusuf.
Situasi serupa diprediksi dialami Bank Papua, Bank Mandiri, dan Bank CIMB Niaga setempat.
Ketiga bank tersebut selama ini banyak menggelontorkan pinjaman kredit kepada karyawan PT Freeport dan perusahaan-perusahaan subkontraktornya.
Ketiga bank tersebut juga memiliki kantor perwakilan di Tembagapura yang merupakan kota tambang PT Freeport Indonesia. (Ant/Nrm)